Ruangkasa.com – Hujan meteor Draconid Draconids adalah hujan meteor yang terjadi ketika Bumi melintasi orbit komet 21P/Giacobini-Zinner. Komet 21P/Giacobini-Zinner memiliki periode orbit sekitar 6,6 tahun dan ditemukan pertama kali oleh astronom Italia Michel Giacobini pada tahun 1900. Partikel debu dan serpihan komet ini ditinggalkan di sepanjang orbitnya, dan ketika Bumi melintasi jalur orbit tersebut, partikel-partikel ini bertabrakan dengan atmosfer Bumi dan menghasilkan kilatan cahaya yang kita kenal sebagai meteor.
Apa itu Hujan Meteor Draconid ?

Hujan Meteor Draconid diambil dari nama “Draconid” dari rasi bintang Draco, karena titik radiannya berada di dekat rasi ini. Titik radian adalah titik di langit dari mana meteor tampak berasal.
Hujan meteor Draconid terjadi setiap tahun pada 6 Oktober sampai 10 Oktober. Hujan meteor adalah fenomena alam yang bisa kamu amati tanpa harus menggunakan alat bantu seperti teleskop. Tempat paling terang untuk mengamati hujan meteor Draconid adalah pada kepala konstelasi bintang Draco. Kamu bisa mengamati Draco di langit utara di samping Ursa Mayor.
Baca juga: Berkenalan dengan Hujan Meteor Orionid
Hujan meteor Draconid pernah mencapai puncaknya pada tahun 1933 dan 1946, dengan beberapa ribu meteor per jam. Pada tahun 1985, 1998, dan 2018, hujan meteor ini menghasilkan jumlah yang lebih banyak tapi tidak menghasilkan badai meteor. Para pengamat di Eropa melihat lebih dari 600 meteor per jam pada tahun 2011.
Mengenal Komet 21P/Giacobini-Zinner

Komet 21P/Giacobini-Zinner dinamai setelah dua astronom yang secara independen menemukannya, yakni Michel Giacobini dari Prancis dan Ernst Zinner dari Jerman pada tahun 1900. Komet 21P/Giacobini-Zinner telah menjadi target dari misi luar angkasa. Pada tahun 1985, pesawat luar angkasa ESA (European Space Agency) bernama Giotto melakukan penerbangan mendekat ke komet ini.
Misi Giotto memberikan wawasan yang berharga tentang karakteristik fisik komet dan mengambil gambar pertama inti komet. Inti komet adalah bagian padat dari komet yang terdiri dari es, batu, dan debu, dengan bentuk mirip seperti kentang. Saat komet ini mendekati Matahari, panas matahari menyebabkan es dalam inti komet menguap, menciptakan ekor komet yang spektakuler yang bisa terlihat dari Bumi.
Baca juga: Terbentuknya Komet dan Sejarahnya dalam Peradaban Manusia
Pengamatan paling terkenal tentang Komet 21P/Giacobini-Zinner dilakukan pada tahun 1913, yaitu ketika komet ini terlihat sangat terang hingga bisa dilihat tanpa alat optik apapun.
Perihelion terakhir dari komet 21P/Giacobini-Zinner terjadi pada 10 September 2018. Pada malam yang sama, komet 21P/Giacobini-Zinner berada lebih dekat ke Bumi daripada yang pernah terjadi dalam 72 tahun terakhir. Akibatnya, komet 21P/Giacobini-Zinner mengalami ledakan pada tahun 2018. Perihelion adalah titik dalam orbit yang merupakan titik terdekat dengan komet komet 21P/Giacobini-Zinner dengan Bumi.
Komet 21P/Giacobini-Zinner memiliki periode orbit hampir tujuh tahun, maka perihelion berikutnya baru akan terjadi pada tahun 2025. Jadi, kemungkinan akan ada ledakan kembali tahun itu.
Sejarah dan Budaya Hujan Meteor Draconid
Hujan meteor Draconid memiliki jejak sejarah yang panjang dan menarik. Sumber pertama kali melaporkan pengamatan Draconid dapat ditemukan di Catatan Sejarah Kekaisaran Cina pada abad ke-6 Masehi. Pada masa itu, para astronom Cina mencatat “bintang jatuh” yang dapat terkait dengan hujan meteor Draconid. Jejak sejarah ini melintasi peradaban dan memberikan wawasan tentang bagaimana manusia selama berabad-abad telah terpesona oleh peristiwa langit ini.
Hujan meteor Draconid tidak hanya menjadi bahan penelitian ilmiah, tetapi juga memainkan peran penting dalam berbagai budaya di seluruh dunia. Beberapa masyarakat tradisional mengaitkan peristiwa langit dengan mitos dan legenda mereka. Misalnya, masyarakat Cina kuno menganggap hujan meteor Draconid sebagai pertanda baik, sementara di beberapa budaya Eropa, hujan meteor disebut sebagai “air mata naga.”
Dalam beberapa budaya, penampakan meteor dianggap sebagai pesan atau pertanda, memperkaya mitologi dan keyakinan lokal. Pada era modern, beberapa festival dan acara budaya diadakan untuk memperingati hujan meteor Draconid, mempertahankan warisan budaya dan mengintegrasikannya ke dalam perayaan masa kini.
Tips Mengamati Hujan Meteor Draconid
Dikutip dari Space.com, hujan meteor tahun ini tidak terlalu banyak seperti yang terjadi pada tahun 1933 dan 1946. Jadi, jangan berharap terlalu banyak untuk melihat hujan meteor yang intens pada bulan Oktober tahun ini.
Ada beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk mengamati hujan meteor Draconid:
- Kebanyakan hujan meteor paling baik dilihat pada malam hari. Berbeda dengan hujan meteor Draconid yang paling mudah diamati ketika awal malam, sekitar jam 8 malam
- Pilih saat puncak hujan meteor Draconid, pada tanggal 8 Oktober. Tapi biasanya hujan meteor Draconid juga bisa diamati pada tanggal 7 dan 9 Oktober
- Pilih tempat yang jauh dari polusi cahaya seperti lampu jalan atau lampu dari rumah. Kamu bisa pergi ke atas bukit atau mengamatinya dari atas atap
- Hindari melihat cahaya yang terang seperti alat elektronik atau cahaya lampu yang terang sekitar 30 menit sebelum mengamati hujan meteor. Ini akan membantu mata untuk beradaptasi mengamati gelapnya langit malam
- Gunakan aplikasi ponsel peta bintang untuk mencari posisi Ursa Mayor dan amati di sekitarnya.
Baca juga: Cara Terbaik Mengamati Hujan Meteor Di Langit Malam
Hujan meteor Draconid menarik bukan hanya karena keindahannya tetapi juga karena kaitannya dengan komet. Melihat meteor yang muncul dari partikel debu komet yang telah melintasi tata surya selama puluhan tahun memberikan kita kilas balik unik ke dalam sejarah astronomi.
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.