Ruangangkasa.com – Tahun 1950an hingga 1960an, dunia internasional saat itu sedang dilanda kompetisi luar angkasa (space race), antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Uni Soviet memulainya dengan melakukan peluncuran satelit Sputnik 1 pada tanggal 4 Oktober 1957. Dilanjutkan peluncuran Sputnik 2 pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak makhluk hidup pertama ke dalam orbit bumi, seekor anjing bernama Laika. Amerika Serikat sendiri baru bisa meluncurkan satelit pada tanggal 31 januari 1958 dengan nama Explorer 1.
Indonesia juga mencetuskan proyek S yang kemudian seiring berjalannya waktu berkembang dan melahirkan roket Kartika-1 yang merupakan roket ilmiah pertama buatan Indonesia. Seiring dengan berkembangnya waktu, proyek S kemudian berkembang menjadi proyek S-1 yang dimotori oleh Lembaga Antariksa Nasional (LAPAN) yang baru berdiri di tahun 1963.
Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Teknologi Roket di Indonesia
Dikutip dari situs aviahistoria.com, saat itu Indonesia menargetkan IQSY (International Quiet Sun Year) yang ditargetkan pada tahun 1964-1965 membuat pemerintah Indonesia pada akhirnya membeli beragam peralatan antariksa guna mempercepat program tersebut. Salah satu peralatan antariksa yang dibeli saat itu adalah roket yang dikenal dengan nama Kappa-8.
Roket Kappa 8 Dibeli dari Jepang

Pembelian berbagai peralatan luar angkasa dari luar negeri oleh Pemerintah Indonesia tentunya cukup realistis saat itu. Pasalnya, guna mengejar ketertinggalan proyek IQSY yang hanya tinggal setahun lagi membuat pemerintah melakukan langkah cepat. Pengembangan roket Kartika-1 memang cukup sukses ketika melakukan uji peluncuran, namun tentunya waktu dan kemampuan saat itu tidak memungkinkan untuk melakukan pengembangan secara cepat.
Maka dari itu, pemerintah melalui LAPAN melakukan pembelian 10 unit roket dari Jepang untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Pada tahun 1960an Jepang dianggap sebagai negara yang paling maju di kawasan Asia dalam pengembangan antariksa. Pemerintah Orde Lama menganggarkan dana sekitar 1,6 juta USD untuk pembelian 10 unit roket dari Jepang beserta peralatan pendukungnya. Roket antariksa yang dipilih saat itu adalah keluarga Kappa, yakni Kappa-8 yang memang menjadi roket unggulan dari Jepang.
Peluncuran Roket Dipersipakan dengan Baik
Proyek S-1 ini dianggap sebagai sebuah proyek yang cukup prestisius pada masa orde lama. Tidak heran saat itu segala macam persiapan mulai dari fasilitas penunjang hingga sarana dan prasarana sangat diperhatikan oleh pemerintah, khususnya LAPAN. Bahkan, pemerintah juga mendatangkan beberapa ahli dari Jepang guna memantau beragam persiapan proyek S-1 tersebut. Daerah Pamengeuk di Garut yang menjadi kawasan uji coba roket Kartika-1 kembali dipilih menjadi area peluncuran roket Kappa-8. Akan tetapi, kini wilayah tersebut ditingkatkan menjadi kawasan peluncuran roket yang meliputi kawasan radar, jalan beraspal dan beragam fasilitas lainnya.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Planetarium dan Observatorium Jakarta
Roket Kappa-8 yang dipesan oleh Indonesia tiba pada pertengahan tahun 1965. Kemudian pada tanggal 9 Agustus 1965 roket pertama sukses diluncurkan dari area peluncuran di Pamengeuk, Garut. Hal ini kemudian mendorong dilakukannya peluncuran roket kedua dan ketiga pada tanggal 11 dan 17 Agustus 1965.
Roket-roket tersebut sukses mencapai ketinggian sekitar 70-300 km dan sukses membawa beragam peralatan pemantauan. Suksesnya hasil peluncuran roket Kappa-8 dan Kartika-1 membuat nama Indonesia dikenal sebagai salah satu negara baru yang turut memeriahkan perlombaan antariksa di dunia saat itu.
Akhir dari Roket Kappa-8 di Indonesia
Meski mengalami kesuksesan pada awalnya, ternyata setelah perubahan arah politik pasca gejolak di tahun 1965, membuat proyek S-1 peninggalan era orde lama mulai terbengkalai dan berujung dihentikan oleh pemerintahan Orde Baru. Dilansir dari aviahistoria.com, pemberhentian proyek tersebut disinyalir karena program tersebut merupakan peninggalan Soekarno yang saat masa orde lama mulai dihapuskan. Belum lagi masalah pendanaan juga turut menghentikan proyek yang cukup ambisius tersebut.
Baca juga: Polusi Akibat Peluncuran Roket
Pada akhirnya 7 unit roket Kappa-8 peninggalan era orde lama harus digudangkan selama kurang lebih 10 tahun. Namun, roket Kappa-8 tersebut kemudian sempat dibangkitkan kembali untuk mendukung proyek pemetaan dan survei permukaan bumi pada dekade 1970-an. Akan tetapi, roket yang berhasil meluncur saat itu hanya 1 unit karena 6 unit lainnya sudah berkarat termakan usia dan tidak layak terbang. Peluncuran tersebut diketahui dilakukan pada tahun 1977 sebelum pada akhirnya seluruh roket Kappa-8 dimusnahkan dengan cara dikubur karena sudah mengalami korosif yang cukup parah.
*Sumber: Avehistoria,Wikipedia
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.