Ruangangkasa.com – Universum yang kita tatap setiap malam ternyata menyimpan cerita panjang tentang manusia-manusia luar biasa di baliknya. Selama berabad-abad, pengaruh ilmuwan astronomi sepanjang masa telah mengubah cara kita memandang langit dan pemahaman kita tentang posisi kita dalam kosmos. Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya hidup di masa ketika semua orang percaya bahwa Bumi adalah pusat alam semesta? Atau bagaimana perasaan menemukan planet baru untuk pertama kalinya dalam sejarah astronomi? Mari kuajak kamu menyelami perjalanan luar biasa para pemikir brilian yang telah memetakan jalan bagi eksplorasi kosmik kita.
Menemukan Skala Bumi: Jenius Eratosthenes
Sebelum ada teknologi canggih, ada seorang matematikawan Yunani bernama Eratosthenes yang pada abad ke-3 SM telah melakukan sesuatu yang nyaris mustahil: menghitung keliling Bumi dengan akurasi mengejutkan. Tahu caranya? Cukup dengan mengamati sudut bayangan di dua lokasi berbeda pada waktu yang sama!
“Eratosthenes mengamati bahwa pada tanggal 21 Juni, tiang di kota Syene (sekarang Aswan) tidak memiliki bayangan saat tengah hari, sementara di Alexandria, tiang melemparkan bayangan kecil,” jelas Dr. James Evans, sejarawan astronomi dalam bukunya “The History and Practice of Ancient Astronomy” (2023).
Dengan pengamatan sederhana ini dan matematika dasar, Eratosthenes menghitung keliling Bumi sekitar 40.000 km—hanya berbeda sedikit dari nilai modern 40.075 km! Bayangkan, tanpa satelit, tanpa komputer, hanya dengan otak cemerlang dan rasa ingin tahu yang tak terbendung.
Menggoyang Fondasi Kosmik: Revolusi Copernicus

Lompat ke abad ke-16, dan temui Nicolaus Copernicus, pria Polandia yang berani menantang pandangan selama 1.500 tahun bahwa Bumi adalah pusat alam semesta. Dalam karyanya yang revolusioner “De Revolutionibus Orbium Coelestium” (1543), Copernicus menempatkan Matahari sebagai pusat tata surya—konsep heliosentris yang mengubah segalanya.
“Model Copernicus bukan sekadar pergeseran astronomi, tapi pergeseran fundamental dalam cara manusia memposisikan dirinya dalam kosmos,” kata Dr. Robert Westman, peneliti dari University of California, dalam karyanya “The Copernican Question” (2020).
Yang menarik, Copernicus sebenarnya ragu mempublikasikan teorinya karena takut reaksi Gereja. Buku monumental itu baru diterbitkan saat dia hampir meninggal. Teorinya masih memiliki kekurangan—dia masih berpikir orbit planet berbentuk lingkaran sempurna—tapi keberaniannya membuka pintu bagi revolusi ilmiah berikutnya.
Baca juga: Sejarah Perkembangan Pesawat Ruang Angkasa dari Masa ke Masa
Menatap Langit dengan Mata Baru: Galileo dan Teropongnya

Galileo Galilei membawa astronomi ke dimensi baru dengan penemuan teleskop oleh Galileo untuk observasi langit pada 1609. Kamu tahu, sebelum Galileo, astronomi dilakukan dengan mata telanjang!
“Apa yang dilihat Galileo mengubah segalanya,” ungkap Dr. Mario Livio, astrofisikawan dan penulis “Galileo and the Science Deniers” (2020). “Dia melihat gunung di Bulan, fase Venus, empat bulan Jupiter, dan jutaan bintang di Bima Sakti—semuanya mendukung model heliosentris Copernicus.”
Penemuan-penemuan Galileo secara langsung menantang ajaran gereja, yang mengakibatkan dia diadili oleh Inkuisisi pada 1633 dan dijatuhi hukuman tahanan rumah seumur hidup. Namun, seperti kata Dr. Neil deGrasse Tyson dalam podcastnya tahun 2022: “Meskipun dipaksa menarik pernyataannya, legenda mengatakan Galileo berbisik ‘Eppur si muove’ (Namun, ia bergerak)—menunjukkan betapa kuatnya keyakinan ilmiah bisa bertahan bahkan di bawah tekanan ekstrem.”
Merumuskan Hukum Gerak Langit: Warisan Johannes Kepler

Johannes Kepler, seorang ahli matematika dan astronomi Jerman, mengambil model Copernicus dan menyempurnakannya dengan tiga hukum gerak planet yang masih kita gunakan hingga hari ini:
- Planet bergerak dalam orbit elips dengan Matahari di salah satu fokusnya.
- Garis dari planet ke Matahari menyapu area yang sama dalam waktu yang sama.
- Kuadrat periode planet berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari.
“Kepler membawa astronomi dari seni menjadi sains dengan memberikan dasar matematis yang ketat,” jelas Dr. Owen Gingerich dari Harvard University dalam symposium tahun 2021. “Tanpa Kepler, kita mungkin tidak akan memiliki misi luar angkasa modern kita.”
Menariknya, NASA meluncurkan teleskop luar angkasa bernama Kepler pada 2009 yang menggunakan prinsip-prinsip matematisnya untuk menemukan ribuan planet di luar tata surya kita hingga misinya berakhir pada 2018.
Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Teknologi Roket di Indonesia
Menyatukan Langit dan Bumi: Kejeniusan Isaac Newton

Kamu mungkin kenal Isaac Newton dari kisah apel jatuh, tapi kontribusi Isaac Newton pada astronomi jauh lebih mendalam. Dia memecahkan teka-teki terbesar: apa yang membuat planet tetap dalam orbitnya?
“Hukum Gravitasi Universal Newton menyatukan fisika Bumi dan langit,” kata Dr. Michio Kaku dalam kuliah 2024 di Tokyo. “Dia menunjukkan bahwa gaya yang sama yang membuat apel jatuh juga membuat Bulan mengorbit Bumi.”
Newton juga menemukan kalkulus, alat matematika penting untuk memahami gerak benda langit. Tanpa kalkulus, kita mungkin tidak akan pernah bisa menghitung lintasan pesawat luar angkasa dengan presisi. The Royal Society bahkan menyimpan potongan pohon apel Newton yang legendaris itu, dan pada 2010, sepotong kecilnya dibawa ke Stasiun Luar Angkasa Internasional—menunjukkan bagaimana inspirasi sederhananya telah membawa manusia hingga ke orbit Bumi.
Melangkah Melampaui Batas Tata Surya: William Herschel

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya menemukan planet baru? William Herschel mengalaminya pada 13 Maret 1781 ketika dia menemukan Uranus—planet pertama yang ditemukan dengan teleskop.
“Penemuan Uranus oleh Herschel secara dramatis memperluas batas-batas tata surya yang dikenal,” ujar Dr. Carolyn Porco, ilmuwan senior NASA, dalam kuliah umum 2023. “Ini seperti menemukan benua baru, tapi di luar angkasa.”
Herschel tidak hanya menemukan planet. Pada 1800, dia menemukan radiasi inframerah saat meneliti panas matahari menggunakan prisma dan termometer. Penemuan ini membuka cabang astronomi baru yang memungkinkan kita melihat objek kosmik yang terlalu dingin untuk memancarkan cahaya tampak. Teleskop Luar Angkasa Herschel milik ESA yang diluncurkan pada 2009 dinamai untuk menghormatinya dan telah memberikan wawasan luar biasa tentang pembentukan bintang dan galaksi.
Merevolusi Kosmologi Modern: Karya Edwin Hubble

Apakah kamu tahu bahwa hingga awal abad ke-20, para ilmuwan masih percaya bahwa Bima Sakti adalah seluruh alam semesta? Edwin Hubble mengubah segalanya dengan teori alam semesta yang mengembang.
“Hubble tidak hanya membuktikan bahwa ada galaksi lain di luar Bima Sakti, tapi juga bahwa alam semesta itu mengembang,” jelas Dr. Lisa Randall, fisikawan Harvard, dalam bukunya “Dark Matter and the Dinosaurs” (2021).
Menggunakan teleskop 100 inci di Observatorium Mount Wilson pada 1920-an, Hubble mengidentifikasi bintang variabel Cepheid di “nebula” Andromeda, memungkinkannya menghitung jarak dan membuktikan bahwa itu adalah galaksi terpisah yang sangat jauh. Penemuan ini diperluas saat dia menemukan bahwa galaksi bergerak menjauh dari kita, dan semakin jauh galaksi tersebut, semakin cepat gerakannya—sebuah hubungan yang sekarang dikenal sebagai Hukum Hubble.
Tahun 2025 akan menandai peringatan 100 tahun sejak Hubble membuktikan keberadaan galaksi di luar Bima Sakti. Sebagai penghormatan, Teleskop Luar Angkasa Hubble yang diluncurkan pada 1990 masih memberikan gambar-gambar yang menakjubkan dari kedalaman kosmos hingga hari ini.
Menjembatani Sains dan Masyarakat: Warisan Carl Sagan

Tidak semua ilmuwan hebat hanya fokus di laboratorium. Carl Sagan, seorang astrofisikawan brilian, mengabdikan hidupnya untuk membuat penemuan astronomi mudah dipahami dan menginspirasi jutaan orang.
“Sagan memiliki bakat luar biasa untuk menjelaskan konsep yang kompleks dengan cara yang bisa dipahami dan menginspirasi orang awam,” kata Ann Druyan, istri dan kolaborator Sagan dalam sebuah wawancara tahun 2022.
Serial TV “Cosmos” (1980) miliknya ditonton lebih dari 500 juta orang di 60 negara, menjadikannya program sains paling banyak ditonton dalam sejarah hingga saat itu. Frasa ikoniknya “billions and billions” (miliaran dan miliaran) menjadi identik dengan keluasan kosmos yang tak terbayangkan.
Sebagai ilmuwan, Sagan berkontribusi signifikan dalam penelitian atmosfer Venus, perubahan di permukaan Mars, dan kemungkinan kehidupan di luar Bumi. Dia juga ikut mendirikan The Planetary Society pada 1980, organisasi yang terus mempromosikan eksplorasi luar angkasa hingga kini.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Planetarium dan Observatorium Jakarta
Menjelajahi Misteri Lubang Hitam: Pemikiran Stephen Hawking

Stephen Hawking, mungkin merupakan ilmuwan paling terkenal di era modern, mengatasi keterbatasan fisiknya akibat ALS untuk mengungkap misteri terdalam alam semesta, khususnya lubang hitam.
“Kontribusi terbesar Hawking adalah menunjukkan bahwa lubang hitam tidak sepenuhnya ‘hitam’ tetapi memancarkan radiasi—sekarang dikenal sebagai radiasi Hawking,” ungkap Dr. Kip Thorne, pemenang Nobel Fisika 2017, dalam acara peringatan 2023.
Bukunya “A Brief History of Time” (1988) menjelaskan konsep-konsep kosmologi rumit dengan cara yang menarik bagi publik, terjual lebih dari 10 juta kopi dalam 20 bahasa. Baru-baru ini pada 2021, teorema area Hawking untuk lubang hitam mendapatkan konfirmasi observasional menggunakan deteksi gelombang gravitasi, membuktikan kebenaran pemikirannya yang visioner.
Pada 2022, sebuah simulasi komputer canggih dari Institut Kavli untuk Fisika dan Matematika Alam Semesta berhasil mengkonfirmasi sebagian besar prediksi Hawking tentang radiasi yang dipancarkan lubang hitam, menambah bukti kebenaran teorinya yang revolusioner.
Menatap Bintang, Melihat Masa Depan

Perjalanan kita melalui kehidupan dan pemikiran para ilmuwan astronomi paling berpengaruh ini menunjukkan bagaimana rasa ingin tahu manusia telah mengubah pemahaman kita tentang alam semesta. Dari perhitungan keliling Bumi oleh Eratosthenes hingga pemikiran Hawking tentang lubang hitam, setiap penemuan dibangun di atas fondasi yang diletakkan oleh pendahulu mereka.
Ketika kamu mendongak ke langit malam, ingatlah bahwa pemandangan yang kamu lihat adalah hasil dari ribuan tahun penemuan dan pemikiran manusia. Dan siapa tahu? Mungkin kamu yang sedang membaca ini akan menjadi ilmuwan astronomi hebat berikutnya yang menambahkan namamu dalam daftar panjang penjelajah kosmos. Apakah kamu sudah siap menantang pemahaman kita tentang gravitasi dan mengungkap misteri alam semesta yang belum terpecahkan?
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.