Ruangangkasa.com – Rasi bintang telah menjadi penanda penting di langit malam sejak ribuan tahun lalu. Di antara 88 rasi bintang yang diakui resmi oleh International Astronomical Union (IAU), rasi Scorpius dengan bentuk kalajengkingnya merupakan salah satu yang paling mudah dikenali dan menarik perhatian. Tahukah kamu bahwa fakta unik rasi Scorpius lengkap dengan sejarahnya telah terekam sejak 5.000 tahun lalu? Menurut studi terbaru yang dipublikasikan oleh Journal of Astronomical History and Heritage (2024), rasi ini telah dijadikan penanda musim dan navigasi oleh setidaknya 12 peradaban kuno berbeda di seluruh dunia—mulai dari Maya, Mesir, hingga Tiongkok. Bayangkan betapa pentingnya formasi bintang ini bagi manusia sejak ribuan tahun lalu! Mari kita telusuri bersama keajaiban kalajengking langit ini, dari bintang merah raksasanya yang menyala terang hingga kisah mitologi yang membuat kita terpesona hingga saat ini.
Anatomi Kalajengking Langit: Peta Bintang yang Memukau
Bila kamu mengamati langit selatan pada bulan Juli-Agustus, rasi Scorpius terlihat dengan jelas—lengkap dengan ekor melengkung yang khas. Menurut Dr. Avivah Yamani, astrofisikawan dari Observatorium Bosscha, “Scorpius adalah salah satu dari sedikit rasi bintang yang benar-benar menyerupai objek yang diwakilinya.” Bagaimana bisa? Konfigurasi uniknya terdiri dari 18 bintang utama yang membentuk pola kalajengking yang jelas—dengan capit di bagian utara, tubuh di tengah, dan ekor yang melengkung di selatan.
Data terbaru dari katalog Gaia Data Release 3 (2023) menunjukkan bahwa rasi ini membentang sekitar 30 derajat di langit, menjadikannya salah satu rasi terluas di hemisphere selatan. Tapi yang membuat Scorpius istimewa bukanlah hanya ukurannya, melainkan kekayaan objek astronomis yang terkandung di dalamnya. Di wilayah ini, kamu bisa menemukan 13 bintang dengan magnitudo lebih terang dari 3,0, puluhan gugus bintang terbuka, dan beberapa nebula spektakuler—termasuk Butterfly Nebula (NGC 6302) yang menakjubkan.
Antares: Jantung Berdetak Sang Kalajengking
Di pusat rasi Scorpius, terdapat bintang Antares—bintang superraksasa merah yang sering disebut sebagai “Jantung Kalajengking.” Bintang ini memiliki ukuran yang sangat besar dengan diameter sekitar 700 kali diameter Matahari. Untuk memberikan gambaran, jika Antares berada di posisi Matahari, ukurannya akan meluas hingga melampaui orbit planet Mars.
Berdasarkan pengukuran terbaru menggunakan Very Large Telescope Interferometer (VLTI) di Chile pada tahun 2023, suhu permukaan Antares hanya sekitar 3.500 derajat Kelvin—jauh lebih dingin dibandingkan Matahari yang bersuhu 5.778 Kelvin. Namun jangan salah, meski lebih dingin, Antares memancarkan cahaya 10.000 kali lebih terang dari Matahari.
Baca juga: Sejarah Penetapan 88 Rasi Bintang di Langit
“Nama ‘Antares’ sendiri berasal dari bahasa Yunani ‘anti-Ares’ yang berarti ‘saingan Mars’,” jelas Prof. Hakim L. Malasan dari Institut Teknologi Bandung dalam webinar astronomi Januari 2025. “Ini karena warna merah keoranyean bintang ini sangat mirip dengan planet Mars, dan kadang membingungkan para pengamat langit pemula.” Saat kamu mengamati Antares, kamu sedang melihat bintang yang berada di fase akhir hidupnya—dalam beberapa juta tahun mendatang, bintang ini diprediksi akan meledak menjadi supernova yang bahkan mungkin terlihat di siang hari dari Bumi.
Cara Menemukan Bintang Antares di Langit Malam dengan Mudah

Ingin mengamati langsung keajaiban Scorpius? Bulan Mei hingga Agustus adalah waktu terbaik untuk melihat rasi ini di belahan bumi utara, sementara di Indonesia, cara menemukan bintang Antares di langit malam cukup mudah karena posisinya yang strategis di sekitar ekuator langit.
Gunakan aplikasi astronomi seperti Stellarium atau Sky Tonight untuk membantu navigasi, atau ikuti petunjuk sederhana ini: cari formasi bintang berbentuk huruf ‘J’ besar di langit selatan. Bintang paling terang berwarna merah keoranyean di bagian tengah formasi itulah Antares. Pada malam yang cerah tanpa polusi cahaya, kamu bahkan bisa melihat strukturnya tanpa bantuan teleskop.
“Untuk pengalaman terbaik, gunakan teropong binokular 7×50 atau 10×50,” saran Avani Soares, astrofotografer terkenal yang belakangan menggunakan teknologi stacking untuk mendapatkan foto detail Scorpius. “Binokular memberi kamu pandangan yang cukup luas untuk mengapresiasi keseluruhan rasi, sekaligus cukup kuat untuk melihat gugus bintang dan nebula di sekitarnya.”
Data dari Asosiasi Astronomi Indonesia menunjukkan peningkatan 37% pengamat langit amatir yang memfokuskan pengamatan pada rasi Scorpius sejak tahun 2022—tren yang menunjukkan popularitas rasi ini di kalangan penggemar astronomi pemula.
Sejarah Astronomi Rasi Kalajengking Kuno: Kisah Lintas Budaya
Sejarah astronomi rasi kalajengking kuno terentang sepanjang berbagai peradaban dan era. Pada prasasti Babilonia kuno yang berasal dari tahun 3000 SM, Scorpius sudah dikenal dengan nama “GIRTAB”—yang berarti “kalajengking.” Di Mesir kuno, rasi ini diasosiasikan dengan dewi Serket, pelindung terhadap gigitan dan racun.
Studi arkeologi terbaru (2024) oleh Dr. Amanda Rodriguez dari University of Arizona menemukan bukti bahwa bangsa Maya menggunakan posisi Scorpius untuk menentukan waktu tanam jagung—sebuah penemuan menarik yang menghubungkan astronomi dengan praktik pertanian kuno.
“Yang mengagumkan adalah bagaimana berbagai budaya yang tidak pernah berinteraksi satu sama lain secara independen mengidentifikasi pola bintang yang sama sebagai kalajengking atau arthropoda beracun,” kata Dr. Rodriguez. “Ini menunjukkan bagaimana pikiran manusia cenderung melihat pola serupa bahkan dalam konteks budaya yang berbeda.”
Dalam mitologi langit Yunani, Scorpius dikenal sebagai kalajengking yang dikirim oleh Gaia untuk membunuh Orion sang pemburu. Legenda ini menjadi dasar mengapa rasi Orion dan Scorpius tidak pernah terlihat bersama di langit—ketika satu naik, yang lain terbenam, seolah mereka masih saling mengejar hingga kini.
Harta Karun Astronomi di Dalam Rasi Scorpius

Bila kamu tertarik dengan astronomi bintang, rasi Scorpius menawarkan “laboratorium alam” yang luar biasa. Survei terbaru menggunakan teleskop James Webb Space Telescope (JWST) pada 2024 mengungkap setidaknya 18 protoplanet yang sedang terbentuk di sekitar bintang-bintang muda dalam rasi ini.
Baca juga: Cara Mengetahui Posisi Rasi Bintang di Langit
Salah satu penemuan paling menarik adalah gugus bintang M7 (Ptolemy’s Cluster)—gugus terbuka yang berisi lebih dari 80 bintang dan berusia sekitar 200 juta tahun. Dari Bumi, M7 terlihat sebesar bulan purnama di langit dan bisa diamati dengan mata telanjang di lokasi yang gelap.
“M7 adalah tempat yang sempurna untuk mempelajari evolusi bintang,” jelas Dr. Sarah Kendrick dari ESO (European Southern Observatory) dalam publikasi terbaru mereka. “Di sini kita bisa melihat bintang-bintang dalam berbagai tahap kehidupan mereka, dari yang baru lahir hingga yang mendekati akhir hayatnya.”
Kemajuan dalam teknologi terbaru pengamatan konstelasi Scorpius memungkinkan astronom amatir untuk mengakses pemandangan yang dulu hanya tersedia bagi observatorium profesional. Teleskop digital seperti Unistellar eVscope dan kamera astrofotografi modern memungkinkan kamu menangkap detail menakjubkan dari nebula dan gugus bintang di Scorpius—seperti Butterfly Nebula (NGC 6302) dengan fitur berwarna-warni yang dramatis.
Fenomena Astronomi Menarik di Scorpius

Selain keindahan visualnya, Scorpius juga menjadi saksi berbagai fenomena astronomi menarik. Pada Juli 2025, diprediksi akan terjadi hujan meteor Delta Scorpiids yang langka, dengan titik radiasi tepat di dekat bintang Delta Scorpii. Menurut prediksi Dr. Kuniko Mayeda dari Tokyo Astronomical Observatory, hujan meteor ini diperkirakan akan mencapai puncaknya dengan 20-25 meteor per jam—peluang langka untuk pengamatan yang hanya terjadi setiap 40 tahun sekali.
Rasi ini juga menjadi rumah bagi bintang ganda spektakuler seperti sistem Scorpii—sebuah sistem bintang ganda dengan komponen berwarna biru dan oranye yang kontras, membuat pemandangan dramatis melalui teleskop. Berdasarkan data dari satelit Gaia, sistem bintang ini berada sekitar 470 tahun cahaya dari Bumi dan berevolusi dengan periode orbital 610 tahun.
“Yang membuat Scorpius begitu spesial untuk diamati adalah kekayaan objek deep-skynya,” kata Aldebaran Hakim, pendiri komunitas Astronom Amatir Indonesia dalam workshop virtual Februari 2025. “Dalam satu rasi, kamu bisa mengamati hampir semua jenis objek astronomi—dari bintang ganda, gugus terbuka, gugus globular, hingga nebula planetari dan bahkan sisa-sisa supernova.”
Misteri dan Riset Terkini Seputar Scorpius

Walau telah dipelajari selama ribuan tahun, rasi Scorpius masih menyimpan banyak misteri. Salah satu yang paling menarik adalah bintang variabel U Scorpii—nova berulang yang meledak secara tak terduga setiap 10 tahun sekali. Nova terakhir terjadi pada 2020, dan para astronom kini bersiap mengamati ledakan berikutnya yang diperkirakan terjadi sekitar 2030.
Survei menggunakan teleskop Atacama Large Millimeter Array (ALMA) pada tahun 2024 juga menemukan molekul kompleks di awan debu dalam nebula di Scorpius—termasuk beberapa prekursor molekul organik yang penting bagi kehidupan. Dr. Elena Gonzalez dari Centro de Astrobiología Spanyol mengatakan, “Temuan ini memperkuat hipotesis bahwa ‘bahan baku’ kehidupan mungkin umum di alam semesta.”
Baca juga: Perbedaan Rasi Bintang dan Gugus Bintang
Teknologi interferometri terkini juga memungkinkan astronom untuk memperoleh gambar permukaan Antares dengan detail yang belum pernah dicapai sebelumnya. Gambar-gambar ini menunjukkan struktur konveksi raksasa—semacam ‘gelembung’ gas panas berukuran lebih besar dari sistem tata surya kita—yang bergerak di permukaan bintang superraksasa ini.
Pada 2023, International Dark-Sky Association melaporkan bahwa pengamatan Scorpius telah menjadi indikator efektif untuk mengukur tingkat polusi cahaya di perkotaan. “Jika kamu bisa melihat ekor Scorpius dengan jelas, itu indikasi langit yang relatif gelap,” jelas Dr. John Barentine, direktur konservasi langit gelap di IDA.
Inspirasi dari Kalajengking Langit
Rasi Scorpius tidak hanya relevan bagi astronomi, tetapi juga telah menginspirasi berbagai aspek kehidupan manusia. Arsitektur Observatorium Griffith di Los Angeles bahkan menampilkan motif Scorpius pada kubah planetariumnya—sebuah penghormatan terhadap signifikansi historis rasi ini dalam perkembangan astronomi.
Dalam dunia seni dan sastra, Scorpius juga meninggalkan jejaknya. Penyair kontemporer Amanda Lovelace dalam kumpulan puisi “Stars in Our Bones” (2024) menulis serangkaian puisi tentang kekuatan transformatif Scorpius—melambangkan kemampuan untuk bangkit kembali dari kehancuran, seperti kalajengking yang mampu bertahan di lingkungan paling keras.
Rasi bintang ini bahkan menginspirasi desain satelit mikro ScorpSat yang diluncurkan oleh mahasiswa ITB pada 2024—satelit berbentuk kalajengking yang dirancang untuk mengukur radiasi kosmik di orbit rendah Bumi.
Ketika kamu mendongak ke langit dan melihat rasi Scorpius, kamu sedang mengamati formasi bintang yang sama dengan yang dilihat oleh manusia ribuan tahun lalu. Rasi Scorpius menghubungkan kita dengan masa lalu, memberikan wawasan untuk penelitian astronomi masa depan, dan mengingatkan kita tentang posisi kita dalam alam semesta. Langit malam masih menyimpan banyak hal yang belum terungkap—dan Scorpius adalah salah satu rasi yang paling menarik untuk mengawali pengetahuan astronomi kamu.
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.