RUANGANGKASA.COM – Ada sekitar 88 rasi bintang resmi yang telah diakui oleh Himpunan Astronomi Internasional (IAIU). Tiap rasi bintang ini memiliki batas-batas antara satu dengan lain, sehingga sekarang ini tidak ada lagi satu bagian langit pun yang bukan merupakan bagian dari sebuah rasi bintang. Rasi bintang atau konstelasi merupakan sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam. Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tetapi tidak diakui oleh para ahli astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma.

Meski begitu, satu abad yang lalu, rasi bintang belum tertata rapi seperti sekarang ini. Kala itu, masih tidak ada batas-batas resmi bagi rasi bintang, yang “membatasi” hanyalah pola-pola rasi bintangnya saja. Bahkan, jumlah rasi bintang pada zaman dulu juga berbeda-beda di setiap kebudayaan, beberapa memiliki sedikitnya 70 rasi bintang lokal, sementara kebudayaan lainnya bisa memiliki hampir 100 rasi bintang.
Namun, hal itu berubah pada tahun 1922. Saat itu, para astronom untuk pertama kalinya secara resmi merapihkan rasi bintang dalam sebuah pertemuan tahunan International Astronomical Union (IAU). Mereka membentuk tim yang dipimpin oleh astronom Belgia-Prancis, Eugène Joseph Delporte. Tugas tim tersebut adalah mendefinisikan rasi bintang secara ilmiah dan menetapkan batas-batasnya.
Bagaimana cara kerja Delporte dan timnya?
Pertama, seperti dilansir Astronomy.com, mereka menetapkan batas rasi bintang berdasarkan garis asensio rekta dan deklinasi bintang-bintangnya, yang digunakan dalam sistem koordinat astronomi. Namun, dalam 85 tahun terakhir sejak tahun 1930, gerak presesi planet kita rupanya telah secara alami mengubah batas-batas tersebut, sehingga kini tidak lagi harus sesuai dengan asensio rekta dan deklinasi.
Baca juga: Perbedaan Rasi Bintang dan Gugus Bintang
Kedua, Delporte dan timnya berusaha mengakomodasi bentuk-bentuk rasi bintang kuno, yang mana banyak dari rasi bintang ini yang bentuknya asimetris. Mereka pun memilah berbagai rasi bintang dari berbagai budaya yang dianggap masih masuk akal secara historis. Enam tahun berselang, tepatnya tahun 1928, Delporte dan timnya sukses menyelesaikan studi mereka dan mempresentasikan laporannya, dan dua tahun kemudian dimasukkan ke dalam sebuah buku berjudul Délimitation Scientifique des Constellations, berisi daftar dan batas-batas rasi bintang modern yang berjumlah 88.
Lalu, apa kegunaan rasi bintang itu?
Di era seperti sekarang ini, rasi bintang mungkin tidak lagi memiliki manfaat praktis atau yang berhubungan dengan kehidupan manusia secara langsung. Meski begitu, dalam dunia akademis khususnya astronomi, rapihnya rasi bintang memiliki banyak manfaat. Salah satunya, rasi bintang yang sudah ditetapkan batas-batasnya ini memudahkan para astronom untuk mengetahui sebuah bintang, planet, galaksi, nebula, atau bahkan komet yang baru ditemukan terletak di bagian langit mana.
Baca juga: Cara Mengetahui Posisi Rasi Bintang di Langit
Misalnya, seorang astronom menemukan sebuah planet asing baru, ia biasanya akan menginformasikan di mana letak rasi bintang bintang induk dan planet asing baru tersebut agar astronom lain bisa mengamatinya maupun mempelajarinya juga. Untuk melihat daftar lengkap 88 rasi bintang resmi, kamu bisa kunjungi situs web resmi IAU: https://www.iau.org/public/themes/constellations/. Nah, sekarang sudah paham kan, mengapa rasi bintang berjumlah 88, semoga bermanfaat ya.
*diolah dari berbagai sumber
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.