Ruangangkasa.com – Bayangkan langit malam yang gelap tiba-tiba dihiasi oleh goresan-goresan cahaya yang melesat dengan indah—seperti alam semesta sendiri sedang melukis dengan cahaya. Goresan-goresan cahaya ini, yang kita kenal sebagai hujan meteor, terjadi saat Bumi melewati puing-puing komet dan telah memikat manusia selama ribuan tahun. Dulunya, untuk mengabadikan momen magis ini diperlukan peralatan fotografi mahal dan rumit. Namun sekarang, berkat kemajuan teknologi, tips memotret hujan meteor dengan smartphone menjadi sangat relevan. Data dari International Meteor Organization menunjukkan bahwa smartphone generasi terbaru mampu menangkap hingga 65% meteor yang terlihat mata telanjang saat kondisi pengambilan gambar optimal. Dr. Michael Jäger, seorang astrofotografer terkenal, dalam penelitiannya tahun 2023 mengonfirmasi bahwa “Smartphone dengan sensor minimal 12MP dan kemampuan eksposur panjang sekarang bisa menghasilkan gambar hujan meteor yang mengesankan—sesuatu yang mustahil dilakukan lima tahun lalu.”
Mengenal Fenomena Hujan Meteor dan Jadwalnya

Hujan meteor terjadi ketika Bumi melintasi jalur puing-puing yang ditinggalkan komet atau asteroid. Saat partikel-partikel kecil ini—kebanyakan hanya sebesar butiran pasir—memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan 11-72 kilometer per detik, gesekan dengan udara menghasilkan kilatan cahaya yang kita kenal sebagai meteor. Berdasarkan data NASA, kecepatan rata-rata meteor sekitar 40 kilometer per detik—cukup cepat untuk mengelilingi Bumi dalam waktu kurang dari 20 menit!
Mengetahui waktu terbaik memotret hujan meteor sangat krusial. Berikut kalender hujan meteor utama berdasarkan American Meteor Society yang telah diperbarui untuk tahun 2025:
- Quadrantid: Puncak 3-4 Januari, dengan rata-rata 120 meteor per jam
- Lyrid: Puncak 22-23 April, dengan rata-rata 18 meteor per jam
- Eta Aquariid: Puncak 5-6 Mei, dengan rata-rata 50 meteor per jam
- Perseid: Puncak 12-13 Agustus, dengan rata-rata 100 meteor per jam
- Orionid: Puncak 21-22 Oktober, dengan rata-rata 20 meteor per jam
- Leonid: Puncak 17-18 November, dengan rata-rata 15 meteor per jam
- Geminid: Puncak 13-14 Desember, dengan rata-rata 150 meteor per jam
Dr. Bill Cooke dari NASA Meteoroid Environment Office menyarankan, “Untuk hasil terbaik, mulailah memotret 2-3 jam sebelum puncak hujan meteor diprediksi terjadi. Ini memberikan waktu untuk bereksperimen dengan pengaturan dan membiasakan mata dengan kegelapan.”
Baca juga: Cara Terbaik Mengamati Hujan Meteor Di Langit Malam
Mempersiapkan Smartphone untuk Astrofotografi

Tidak semua smartphone diciptakan sama dalam hal kemampuan memotret langit malam. Namun, kemajuan smartphone photography dalam beberapa tahun terakhir telah merevolusi apa yang mungkin dilakukan. Menurut laporan DxOMark tahun 2024, smartphone flagship dari Apple, Samsung, Google, dan Xiaomi kini dilengkapi sensor yang mampu menangkap cahaya hingga 40% lebih baik dibanding model 2020.
Fitur minimum yang diperlukan smartphone kamu untuk memotret hujan meteor:
- Sensor kamera minimal 12MP – Memberikan resolusi yang cukup untuk detail langit malam
- Mode Pro/Manual – Memungkinkan kontrol atas ISO, kecepatan rana, dan fokus
- Kemampuan eksposur panjang – Idealnya bisa mengatur hingga 30 detik
- Mode Night/Malam – Banyak smartphone terbaru memiliki algoritma khusus untuk fotografi malam
- RAW format support – Memberikan lebih banyak fleksibilitas saat pengeditan
Beberapa aplikasi yang direkomendasikan oleh National Geographic Night Sky Photography Guide:
- ProCam X (Android): Memungkinkan kontrol manual lengkap
- Halide (iOS): Interface intuitif dengan kontrol eksposur lanjutan
- Camera FV-5 (Android): Mirip DSLR dengan histogram real-time
- NightCap Pro (iOS): Dioptimalkan untuk astrofotografi
- Adobe Lightroom Mobile: Untuk pengambilan dan pengeditan dalam satu aplikasi
“Jangan remehkan algoritma komputasional di smartphone modern,” kata Harun Mehmedinović, fotografer National Geographic dan co-creator proyek SKYGLOW. “Beberapa mode Night terbaru bisa menggabungkan beberapa eksposur secara otomatis, menghasilkan gambar hujan meteor yang dahulu membutuhkan peralatan khusus.”
Perlengkapan Pendukung untuk Hasil Optimal

Meskipun astrofotografi dengan smartphone semakin mudah, beberapa peralatan tambahan akan secara dramatis meningkatkan hasil jepretan kamu. Dr. Isabelle Jung dari European Southern Observatory merekomendasikan perlengkapan minimal berikut:
- Tripod stabil: “Ini absolut esensial,” kata Jung. “Bahkan tremor kecil bisa mengaburkan bintang saat eksposur panjang.” Rentang harga tripod untuk smartphone mulai dari Rp200.000 hingga Rp1.000.000, dengan merk seperti Joby GorillaPod dan Manfrotto PIXI populer di kalangan astrofotografer.
- Shutter remote/Timer: Menekan tombol kamera secara manual bisa menyebabkan getaran. Gunakan timer bawaan, remote bluetooth (Rp100.000-300.000), atau fitur voice command jika smartphone kamu mendukungnya.
- Smartphone mount: Mount khusus seperti Celestron NexYZ 3-Axis Universal Smartphone Adapter memungkinkan kamu mengarahkan smartphone ke bagian langit tertentu dengan presisi.
- Lensa tambahan (opsional): Lensa clip-on wide-angle atau fisheye bisa memperluas bidang pandang, memperbesar peluang kamu menangkap meteor. Berdasarkan studi oleh Journal of Astrophotography tahun 2023, lensa dengan sudut pandang 120° atau lebih meningkatkan kemungkinan menangkap meteor hingga 30%.
- Power bank: “Fotografi malam menguras baterai dengan cepat,” ingatkan fotografer langit malam Tony Hoffman. “Selalu bawa setidaknya satu power bank berkapasitas 10.000mAh atau lebih.” Eksposur panjang, layar yang menyala, dan suhu malam yang dingin bisa menghabiskan baterai smartphone hingga 3x lebih cepat.
Baca juga: Berkenalan dengan Hujan Meteor Orionid
Pengaturan Kamera untuk Menangkap Kilatan Meteor

Mengatur pengaturan kamera smartphone untuk memotret meteor dengan benar adalah kunci keberhasilan. Astronomer Royal Ian Morison memberikan panduan pengaturan berikut berdasarkan pengalamannya membimbing fotografer langit pemula:
- Mode kamera: Gunakan mode Pro/Manual/Expert
- Format file: RAW + JPEG (jika tersedia)
- ISO: Mulai dari 800-1600 (tergantung tingkat noise smartphone)
- Kecepatan rana: 15-30 detik
- Fokus: Manual, diatur ke infinity (∞)
- White balance: Auto atau Daylight
- Noise reduction: Medium (jika tersedia)
- Timer: 2-5 detik untuk menghindari getaran
“Pengaturan optimal bervariasi antar smartphone,” jelas Dr. Paige Godfrey, astrofisikawan dan komunikator sains. “Eksperimen dengan ISO berbeda mulai dari 800. Jika hasilnya terlalu gelap, naikkan bertahap hingga 3200, tapi hati-hati dengan noise.”
Untuk fokus, kebanyakan smartphone mengalami kesulitan fokus otomatis dalam gelap. Jennifer Wu, fotografer NASA, menyarankan trik ini: “Cari bintang terang atau objek jauh seperti gunung atau bangunan di horizon, tap untuk fokus, lalu kunci fokus (biasanya dengan tap lama pada layar).”
Hindari godaan menggunakan flash atau fitur HDR. Flash tidak akan menerangi langit, dan HDR biasanya menghasilkan artefak aneh pada gambar langit malam.
Teknik Memotret untuk Hasil Memukau

Selain aspek teknis, beberapa teknik fotografi langit dapat meningkatkan peluang kamu mengabadikan meteor:
- Komposisi dengan foreground: “Meteor sendiri memang menakjubkan, tapi foto dengan elemen foreground seperti pohon, bangunan, atau lanskap memberi konteks dan dimensi,” kata Babak Tafreshi, fotografer National Geographic dan pendiri The World at Night. Dia menyarankan mengalokasikan sekitar 1/3 frame untuk foreground dan 2/3 untuk langit.
- Burst mode atau time-lapse: Beberapa smartphone terbaru memiliki fitur time-lapse malam yang dapat mengambil serangkaian foto selama berjam-jam. Samsung Galaxy S23 Ultra dan iPhone 15 Pro memiliki mode time-lapse yang dioptimalkan untuk fotografi malam.
- Gerakan kamera terbatas: Semakin lama kamu bisa mempertahankan kamera mengarah ke area langit yang sama, semakin besar peluang menangkap meteor. Studi oleh California Academy of Sciences menunjukkan bahwa fotografer rata-rata butuh 20-30 foto eksposur panjang untuk menangkap satu meteor jelas.
- Gunakan aplikasi pelacak meteor: Aplikasi seperti Meteor Shower Calendar dan Star Walk 2 membantu mengidentifikasi area langit dengan aktivitas meteor tertinggi, biasanya dekat dengan “radiant” atau titik asal hujan meteor.
- Antisipasi: Penelitian oleh Dr. Peter Jenniskens dari SETI Institute menunjukkan bahwa banyak meteor mengikuti pola. “Jika kamu melihat meteor di area tertentu, tetap fokus di sana karena sering ada ‘serangan’ berurutan dalam beberapa menit.”
Katie Mack, astrofisikawan kosmologis, menambahkan: “Saat memotret hujan meteor, kamu bermain dengan probabilitas. Bahkan selama puncak Perseid atau Geminid, jangan harapkan tangkapan di setiap frame. Kesabaran adalah kuncinya.”
Cara Mengabadikan Hujan Meteor Tanpa Teleskop dengan Lokasi Tepat

Salah satu faktor terpenting dalam fotografi hujan meteor adalah menemukan lokasi yang tepat. Menurut data Dark Sky International, lebih dari 80% populasi dunia hidup di bawah langit yang terpolusi cahaya. Ini sangat memengaruhi kemampuan melihat dan memotret fenomena langit malam.
“Polusi cahaya adalah musuh utama astrofotografi,” kata Seiichi Sakamoto, direktur Departemen Lingkungan Malam di International Dark-Sky Association. “Untuk hasil terbaik, kamu perlu menemukan lokasi dengan nilai ‘Bortle Scale’ 4 atau lebih rendah.”
Bortle Scale adalah metode 9-poin untuk mengukur kecerahan langit malam. Aplikasi seperti Light Pollution Map dan Dark Sky Finder dapat membantu menemukan lokasi gelap terdekat. Situs web Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia juga sering mempublikasikan rekomendasi lokasi untuk mengamati fenomena langit.
Tips tambahan untuk lokasi:
- Datang minimal 30 menit sebelum memulai pengambilan gambar untuk membiarkan mata beradaptasi dengan kegelapan
- Posisikan diri menghadap menjauh dari kota atau sumber cahaya lain
- Cari lokasi dengan pandangan langit yang luas, idealnya dengan horizon yang rendah
- Pertimbangkan ketinggian—lokasi yang lebih tinggi biasanya memiliki udara yang lebih jernih dan kurang terpolusi
- Cek prakiraan cuaca dengan aplikasi seperti Clear Outside atau Astrospheric untuk memastikan langit cerah
Penelitian oleh Universitas Colorado menunjukkan bahwa perjalanan sejauh 50-100 km dari pusat kota besar bisa mengurangi polusi cahaya hingga 70%, sangat meningkatkan visibilitas meteor dan kemampuan memotretnya.
Baca juga: Rahasia di Balik Keindahan Hujan Meteor Leonid
Post-Processing untuk Meningkatkan Hasil Jepretan

Bahkan foto hujan meteor terbaik biasanya membutuhkan sedikit pengeditan. Dr. Rayna Tedford, ahli pemrosesan gambar astronomi, membagikan alur kerja dasar untuk meningkatkan foto hujan meteor:
- Penyesuaian dasar:
- Sesuaikan kecerahan dan kontras untuk menonjolkan meteor tanpa menambah noise
- Turunkan highlights untuk mencegah bintang terlalu terang
- Naikkan shadows sedikit untuk detail lebih di foreground
- Sesuaikan white balance untuk langit yang alami (biasanya sedikit ke arah blue)
- Pengurangan noise:
- Aplikasi seperti Adobe Lightroom Mobile, Snapseed, dan Affinity Photo Mobile memiliki tool khusus noise reduction
- Aplikasi spesialis seperti Starry Landscape Stacker (iOS) dan Sequator (PC) bisa menggabungkan beberapa frame untuk mengurangi noise
- Menyoroti meteor:
- Gunakan adjustment brush untuk sedikit meningkatkan brightness dan clarity di sepanjang jalur meteor
- Jika meteor terlalu samar, adjustment curves bisa membantu menonjolkannya
- Finishing touches:
- Sedikit penambahan clarity dan vibrance bisa membuat bintang dan meteor “pop” tanpa terlihat artifisial
- Crop jika diperlukan untuk komposisi lebih baik, tapi pertahankan aspek ratio asli bila memungkinkan
“Kunci untuk editing yang baik adalah subtlety,” kata Matthew Saville, editor senior SLR Lounge. “Hindari godaan over-processing. Tujuannya adalah meningkatkan apa yang tertangkap kamera, bukan mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak realistis.”
Aplikasi editing yang direkomendasikan oleh Astronomy Photographer of the Year 2024:
- Lightroom Mobile: All-around terbaik dengan kontrol penuh
- Snapseed: Gratis dengan interface intuitif
- Pixlr: Alternatif berbasis cloud yang powerful
- Adobe Photoshop Express: Untuk editing cepat dan preset langit malam
- Affinity Photo: Opsi sekali bayar dengan fitur profesional
Panduan Praktis untuk Pemula

Mari ringkas langkah-langkah konkret untuk memulai perjalanan memotret hujan meteor dengan smartphone kamu:
- Sebelum hari-H:
- Cek kalender hujan meteor dan pilih yang memiliki ZHR (Zenithal Hourly Rate) tinggi
- Riset fase bulan—hujan meteor terbaik terjadi saat bulan baru atau bulan sabit
- Cari lokasi gelap dan rencanakan transportasi
- Persiapkan semua perlengkapan dan pastikan semuanya berfungsi
- Pastikan smartphone terisi penuh dan ada ruang penyimpanan cukup
- Pada hari-H:
- Tiba di lokasi minimal 1 jam sebelum puncak aktivitas
- Set-up tripod dan smartphone di tempat stabil
- Matikan semua notifikasi dan mode hemat baterai
- Biarkan mata beradaptasi dengan kegelapan minimal 20 menit
- Mulai dengan tes shot untuk menyesuaikan pengaturan
- Selama sesi pemotretan:
- Ambil serangkaian foto dengan eksposur 15-30 detik
- Periksa hasil secara berkala tapi minimalkan melihat layar terang
- Bersabar—bahkan selama hujan meteor intens, tangkapan berhasil membutuhkan waktu
- Jaga peralatan dari embun dengan silica gel atau hand warmers
- Setelah sesi:
- Pilih hasil terbaik untuk diedit
- Pertimbangkan menggabungkan beberapa gambar untuk composite meteor trails
- Bagikan hasil dengan kredit lokasi dan waktu untuk membantu komunitas astronomi
“Fotografer langit malam pemula sering kecewa dengan hasil pertama mereka,” kata Chloé Legris, pendiri Astrolab du Mont-Mégantic. “Ini normal. Setiap sesi adalah pembelajaran dan kualitas akan meningkat dengan pengalaman.”
Menangkap Momen Langka, Mengabadikan Keajaiban Alam

Teknologi terus berkembang, membuat astrofotografi semakin terjangkau dan mudah diakses. Smartphone yang ada di genggaman kamu sekarang mampu menangkap fenomena kosmik yang dulunya hanya bisa diabadikan dengan peralatan khusus bernilai puluhan juta rupiah. Menurut CEO DxOMark, Frédéric Guichard, “Dalam lima tahun ke depan, kemampuan smartphone untuk fotografi langit malam akan mendekati kamera DSLR entry-level dari era 2020.”
Saat kamu berdiri di bawah hujan meteor berikutnya, smartphone di tangan, ingatlah bahwa kamu sedang menyaksikan puing-puing kosmik yang mungkin telah berkelana di tata surya selama ribuan tahun. Dr. Michelle Thaller dari NASA mengingatkan kita tentang perspektif yang lebih dalam: “Setiap meteor yang kamu lihat adalah partikel yang berukuran lebih kecil dari kuku jarimu, tapi mampu menciptakan kilasan cahaya yang terlihat ratusan kilometer jauhnya—bukti nyata betapa indah dan mengagumkannya alam semesta kita.”
Jadi siapkan smartphone kamu, cari langit gelap, dan biarkan keajaiban alam semesta terabadikan dalam jepretan kamu. Seperti kata Carl Sagan, “Di suatu tempat, sesuatu yang luar biasa sedang menunggu untuk diketahui.”
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.