RUANGANGKASA.COM – Berbagai fenomena langit akan kembali hadir di bulan Mei 2021 ini, seperti halnya yang terjadi di bulan April. Lantas apa sajakah fenomena langit yang akan menghiasi langit malam kali ini, selengkapnya akan ruangangkasa.com kupas di bawah ini:
1. 3 – 6 Mei 2021: Konjungsi Tripel Bulan – Jupiter – Saturnus

Bulan akan mengalami konjungsi tripel dengan Jupiter dan Saturnus selama empat hari sejak 3 hingga 6 Mei 2021. Fenomena ini dapat disaksikan sejak pukul 2.00 waktu setempat hingga berakhirnya fajar bahari (20-24 menit sebelum terbit Matahari) dari arah Timur-Tenggara. Kecerlangan Jupiter ketika konjungsi tripel bervariasi dari -2,21 hingga -2,23. Sedangkan kecerlangan Saturnus bervariasi antara 0,65 hingga 0,64. Sementara itu, Bulan akan bercahaya dengan iluminasi antara 60,9% hingga 29,8%. Konjungsi tripel ini akan terulang lagi pada 30 Mei-3 Juni mendatang.
Baca: Mengenal Konjungsi Planet
2. 6 Mei: Puncak Hujan Meteor Eta Aquarid

Hujan Meteor Eta Aquarid aktif sejak 19 April hingga 28 Mei dan puncak aktivitasnya terjadi pada 6 Mei pukul 09.00 WIB / 10.00 WITA / 11.00 WIT. Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian (titik asal munculnya hujan meteor) yang terletak di konstelasi Aquarius. Hujan meteor Eta Aquarid berasal dari sisa debu komet Halley yang mengorbit Matahari setiap 76 tahun sekali. Selain Eta Aquarid, hujan meteor Orionid yang terjadi pada bulan Oktober juga berasal dari sisa debu komet Halley. Hujan meteor ini merupakan salah satu diantara beberapa hujan meteor lain yang dinantikan setiap tahun, selain Leonid, Geminid, Lyrid dan Perseid.
Hujan Meteor Eta Aquarid dapat disaksikan di seluruh Indonesia dengan intensitas antara 33-34 meteor per jam mulai pukul 01.30 waktu setempat hingga fajar bahari dari arah timur dan ketinggian titik radian ketika akhir fajar bahari bervariasi antara 55° hingga 60°.
3. 12 Mei: Konjungsi Tripel Aldebaran – Merkurius – Venus

Aldebaran (Alfa Tauri, Paricilium) merupakan bintang di konstelasi Taurus yang paling terang di antara bintang penyusun konstelasi Taurus lainnya. Aldebaran akan mengalami konjungsi tripel dengan Merkurius dan Venus pada 12 Mei dan dapat diamati sejak awal senja bahari setelah Matahari terbenam. Konjungsi tripel ini akan membentuk segitiga berukuran 5° dan dapat diamati dari arah Barat-Barat Laut ketika Bulan sabit muda (hilal) mulai terbenam.
Kecerlangan Aldebaran ketika konjungsi tripel sebesar +0,85. Sedangkan kecerlangan Merkurius dan Venus berturut-turut sebesar -0,04 dan -3,90. Konjungsi Tripel ini akan terulang kembali pada 16-19 Mei mendatang.
Baca: Mengenal Aldebaran dan Antares, Bintang Raksasa Terang Di Malam Hari
4. 13 – 14 Mei: Konjungsi Kuartet Aldebaran – Merkurius – Venus – Bulan

Empat benda langit: Aldebaran, Merkurius, Venus dan Bulan akan mengalami konjungsi kuartet pada 13 dan 14 Mei 2021. Fenomena ini dapat disaksikan ketika awal senja bahari dari arah Barat-Barat Laut. Bulan sabit berumur 1,5 hari berada di dalam segitiga Aldebaran-Merkurius-Venus pada 13 Mei, sedangkan keesokan harinya Bulan telah meninggi dan berada di luar segitiga Aldebaran-Merkurius-Venus.
Mengenai tingkat kecerlangan Aldebaran dan Venus masing-masing sebesar +0,85 dan -3,90. Sedangkan kecerlangan Merkurius bervariasi antara +0,05 hingga +0,14. Sementara itu, Bulan akan bercahaya dengan iluminasi antara 2,2% hingga 5,9%.
5. 15 Mei – Parade Langit (Aldebaran-Venus-Merkurius-Bulan-Mars-Pollux Segaris)

Pada pertengahan bulan Mei kali ini menjadi momen yang paling dinantikan karena beberapa benda langit akan tampak segaris dan membentang dari arah Barat-Barat Laut hingga ke arah Barat Laut ketika akhir senja bahari. Fenomena ini disebut juga sebagai “Parade Langit”. Benda-benda langit yang akan memeriahkan parade langit kali ini antara lain: Aldebaran (kecerlangan +0,85); Venus (kecerlangan -3,90); Merkurius (kecerlangan +0,24); Elnath (kecerlangan +1,65); Bulan (iluminasi 11,3%); Mars (kecerlangan +1,59); Pollux/Hercules (kecerlangan +1,15) dan Castor/Apollo (kecerlangan +1,90).
6. 16 Mei: Konjungsi Mars – Bulan

Puncak konjungsi Bulan-Mars pada pukul 09.13 WIB / 10.13 WITA / 11.13 WIT dengan sudut pisah 1,67°. Akan tetapi, baru dapat diamati ketika awal senja bahari dari arah Barat Laut dengan sudut pisah 2,89°. Keduanya akan berada di atas ufuk selama 3 jam sebelum akhirnya terbenam di arah Barat-Barat Laut dengan sudut pisah 3,69°. Konjungsi Bulan-Mars telah terjadi pada 20 Maret 2021 dan 17 April 2021 (sebagai okultasi Mars oleh Bulan) dan akan terjadi kembali pada 14 Juni dan 12 Juli 2021 mendatang.
7. 16-19 Mei: Konjungsi Tripel Aldebaran – Merkurius – Venus

Setelah mengalami konjungsi tripel pada 12 Mei, konjungsi kuartet Bersama Bulan pada 13 dan 14 Mei, serta parade langit pada 15 Mei, Aldebaran kembali mengalami konjungsi tripel dengan Merkurius selama empat hari sejak 16 hingga 19 Mei 2021. Fenomena ini dapat disaksikan ketika awal senja bahari di arah Barat-Barat Laut. Kecerlangan Aldebaran dan Venus masing-masing besar +0,85 dan -3,90. Sedangkan kecerlangan Merkurius bervariasi antara +0,33 hingga +0,63.
Sudut pisah Aldebaran-Venus mula-mula 5,84° dan mencapai minimum pada 17 Mei sebesar 5,80° kemudian membesar menjadi 6,44° pada 19 Mei. Sedangkan sudut pisah Merkurius-Venus semakin mengecil mulai 8,86° hingga 7,88°.
8. 17 Mei: Elongasi Timur Maksimum Merkurius

Elongasi timur maksimum Merkurius adalah konfigurasi Matahari, Bumi dan Merkurius ketika sudut elongasi Merkurius bernilai maksimum dan mengarah ke timur. Elongasi maksimum pada Merkurius dapat bernilai antara 18°–28°, hal ini disebabkan oleh orbit Merkurius paling lonjong dibandingkan dengan planet lainnya, dan jarak perihelion hanya 52% dari jarak aphelionnya. Elongasi timur maksimum Merkurius dapat beriringan antara 1-4 hari dengan terjadinya fase dikotomi (perbani / kuadratur Merkurius), yakni ketika konfigurasi Matahari, Merkurius dan Bumi membentuk sudut siku-siku (90°)
Elongasi timur maksimum kali ini terjadi pada 17 Mei pukul 12.46 WIB / 13.46 WITA / 14.46 WIT dengan elongasi maksimum sebesar 22°01’; magnitudo +0,5 dan berjarak 0,834 sa atau 124,8 juta kilometer dari Bumi. Fenomena ini dapat disaksikan setelah terbenam Matahari dari arah barat-barat laut dengan ketinggian Merkurius bervariasi di Indonesia antara 18,3°–20,6°. Elongasi timur maksimum Merkurius rata-rata terjadi setiap empat bulan sekali, terakhir kali terjadi pada 24 Januari silam dan akan kembali terjadi pada 5 Juli dan 14 September mendatang.
9. 20 mei – 3 Juni: Konjungsi Merkurius – Venus

Merkurius akan mengalami konjungsi dengan Venus selama dua pekan sejak tanggal 20 Mei dan berakhir pada 3 Juni. Sudut pisah Merkurius-Venus awalnya sebesar 7,41° kemudian mengecil hingga mencapai 0,55° ketika puncak konjungsi (29 April senja hari) dan keesokan harinya, sudut pisah Merkurius-Venus membesar hingga 7,40°.
Fenomena ini dapat disaksikan dari arah Barat-Barat Laut ketika pertengahan fajar bahari (ketinggian Matahari -9°). Magnitudo Merkurius bervariasi antara +0,74 hingga +3,69 sedangkan magnitude Venus sedikit bervariasi antara -3,90 hingga -3,89. Dikarenakan Merkurius cukup redup saat di ufuk rendah, disarankan dapat mengamati Merkurius menggunakan alat bantu seperti binokuler.
10. 23 Mei: Retrograd Saturnus

Retrograd adalah gerak semu planet yang tampak berlawanan arah (dari Timur ke Barat) dibandingkan dengan gerak normalnya (dari Barat ke Timur) jika diamati dari Bumi. Retrograd Saturnus dimulai pada 23 Mei pukul 16.27 WIB / 17.27 WITA / 18.27 WIT, puncaknya adalah ketika oposisi di tanggal 2 Agustus dan berakhir pada 11 Oktober pukul 09.38 WIB / 10.38 WITA / 11.38 WIT. Sehingga, retrograd Saturnus kali ini berdurasi selama 141 hari. Retrograd Saturnus kali ini terletak di konstelasi Capricornus. Retrograd Saturnus selalu terjadi setiap tahun dengan selang waktu 377 hari. Retrograd Saturnus sebelumnya telah terjadi pada 11 Mei 2020 (141 hari) dan akan terjadi kembali pada 5 Juni 2022 (140 hari).
11. 26 Mei: Gerhana Bulan Total Perige (Super Blood Moon)

Setelah gerhana Bulan total terjadi pada 2019 silam dan tidak terjadi sepanjang 2020, di tahun 2021 ini Bulan akan kembali mengalami gerhana Bulan total. Gerhana ini terjadi akibat konfigurasi Bulan, Bumi dan Matahari yang membentuk satu garis lurus dan Bulan berada di sekitar simpul orbitnya (perpotongan antara orbit Bulan dengan ekliptika) sehingga Bulan memasuki bayangan umbra Bumi.
Gerhana Bulan ini akan berlangsung dengan durasi parsialitas selama 3 jam 8 menit 12 detik dan durasi totalitas yang cukup singkat, yakni selama 18 menit 28 detik. Puncak gerhana akan terjadi pada pukul 18.18.43 WIB / 19.18.43 WITA / 20.18.43 WIT (delta T = 69 detik) dengan magnitudo umbra 1,0153 dan magnitude penumbra 1,9787. Gerhana kali ini dapat disaksikan ketika Bulan terbit dari arah Timur-Tenggara hingga Tenggara dekat konstelasi Scorpius.

Untuk Propinsi Papua, akan mengalami seluruh fase gerhana sejak P1 (awal penumbra) hingga P4 (akhir penumbra). Sedangkan bagi Propinsi Maluku Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo bagian Timur, Sulawesi Tengah bagian Timur, Kepulauan Selayar dan Sulawesi Tenggara hanya dapat menyaksikan fase U1 (awal sebagian) hingga P4. Sementara itu, Propinsi Aceh, Pulau Nias bagian Utara dan sebagian kecil Sumatera Utara bagian Barat hanya bisa menyaksikan fase P3 (akhir sebagian) hingga P4. Sebagian besar Sumatera Utara termasuk Pulau Nias bagian Selatan dan Kepulauan Batu, Sumatera Barat dan Riau bagian Barat hanya bisa menyaksikan fase U3 (akhir total) hinggga P4 dikarenakan Bulan sudah mengalami gerhana total ketika terbit.
Selebihnya, wilayah dari Riau bagian Timur hingga Lampung dan Kepulauan Riau, pulau Jawa, pulau Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Gorontalo bagian Barat hingga Sulawesi Selatan dapat menyaksikan fase U2 (awal total) hingga P4 dikarenakan Bulan sudah mengalami gerhana sebagian ketika terbit.
12. 27 Mei: Matahari di Atas Ka’bah

Fenomena Matahari di atas Kab’bah disebut juga Istiwa’ul A’zham (Great Culmination). Fenomena ini terjadi ketika deklinasi Matahari bernilai sama dengan lintang geografis Ka’bah, sehingga ketika tengah hari, Matahari tepat berada di atas Ka’bah. Sehingga setiap bayangan yang terbentuk pada saat tersebut akan mengarah ke Ka’bah. Dapat digunakan untuk mengecek arah kiblat di Indonesia (kecuali Sebagian Propinsi Maluku mulai dari Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Kep. Tanimbar, Kabupaten Kep. Kei), Kota Tual, Kabupaten Maluku Barat Daya (minus Pulau Wetar) dan Kabupaten Kep. Aru, ditambah dengan Propinsi Papua Barat serta Propinsi Papua). Puncak fenomena ini terjadi pada pukul 16.17.52 WIB / 17.17.52 WITA / 18.17.52 WIT. Terlebih dahulu, kalibrasikan jam menggunakan jam.bmkg.go.id. Gunakan tongkat atau bandul untuk menandai bayangan, pastikan tegak lurus, dan amati bayangan pada jam yang telah ditentukan.
13. 30 Mei: Retrograd Merkurius

Retrograd adalah gerak semu planet yang tampak berlawanan arah (dari Timur ke Barat) dibandingkan dengan gerak normalnya (dari Barat ke Timur) jika diamati dari Bumi. Retrograd Merkurius dimulai pada 30 Mei pukul 05.45 WIB / 06.45 WITA / 07.45 WIT, puncaknya adalah ketika konjugsi inferior di tanggal 11 Juni dan berakhir pada 23 Juni pukul 01.45 WIB / 06.15 WITA / 07.15 WIT. Sehingga, retrograd Merkurius kali ini berdurasi selama 24 hari. Retrograd Merkurius kali ini terletak di konstelasi Taurus. Dalam satu tahun, dapat terjadi tiga kali retrograd Merkurius. Retrograd Merkurius sebelumnya telah terjadi pada 30 Januari (21 hari) dan akan terjadi kembali pada 27 September (21 hari).
14. 30 Mei-3 Juni – Konjungsi Tripel Bulan – Jupiter – Saturnus

Setelah Bulan mengalami konjungsi tripel dengan Jupiter dan Saturnus pada 3-6 Mei silam, Bulan akan kembali mengalami konjungsi tripel dengan Jupiter dan Saturnus selama lima hari sejak 30 Mei hingga 3 Juni. Fenomena ini dapat disaksikan setelah tengah malam waktu setempat hingga berakhirnya fajar bahari (20-24 menit sebelum terbit Matahari) dari arah Timur-Tenggara. Kecerlangan Jupiter ketika konjungsi tripel bervariasi dari -2,39 hingga -2,42. Sedangkan kecerlangan Saturnus bervariasi antara +0,55 hingga +0,53. Sementara itu, Bulan akan bercahaya dengan iluminasi antara 85,0% hingga 45,3%. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 27-30 Juni mendatang.
Itulah tadi berbagai fenomena langit ayang akan terjadi di bulan Mei 2021 ini, jadi mau mengamati apa nih? Jangan sampek terlewatkan ya. Semoga bermanfaat.
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.