RUANGANGKASA.COM – Sebelum ditemukan teleskop bintang pada zaman dahulu, manusia mengamati benda – benda langit hanya dengan mengandalkan pengindraan mata saja. Akan tetapi, saat itu manusia sudah menemukan, memperhitungkan bahkan memberi nama atas hasil temuannya saat itu. Sebut saja seperti Galaksi Bima Sakti, Galaksi Magellan dan lain sebagainya. Untuk Galaksi Bima Sakti atau Milky Way sendiri mempunyai cerita yang dihubungkan dengan sejarah dan mitos berbeda – beda di setiap belahan bumi.
Dengan seiring berkembangnya zaman, manusia mulai menemukan alat bantu dalam memudahkan mengamati benda – benda langit yang berjarak sangat jauh, yaitu teleskop. Soal siapa penemu teleskop pertama kali masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan jika teleskop pertama kali diciptakan oleh Hans Lippershey pada tahun 1608 untuk kemudian disempurnakan oleh Galileo Galilei yang saat itu penemuannya berupa teleskop refaktor mampu melihat pergerakan dan perubahan dari benda – benda langit seperti planet Venus dan bulan milik Jupiter.

Perkembangan teleskop tidak berhenti begitu saja. Penemuan teleskop oleh Galileo tanyata disempurnakan lagi oleh Christian Huygens. Saat itu Hyugens berhasil menemukan Titan serta satelit Saturnus yang mempunyai jarak 2 kali jarak orbit planet Bumi dengan planet Jupiter. Sir Isaac Newton juga menemukan teleskop pantul menggunakan lensa cekung dalam memantulkan cahaya.
Teleskop pantul yang berukuran sangat besar berhasil diciptakan oleh William Herschell. Teleskop tersebut mempunyai diameter lubang lensa 120 cm dan teleskop tersebut sangat mudah untuk mengamati benda – benda langit yang terlihat tidak jelas atau kabur sebelumnya. Hingga pada akhirnya Edwin Hubble berhasil menciptakan teleskop sepanjang 2,4 meter yang mampu menemukan dan melihat keseluruhan alam semesta. Dari hasil penemuan Hubble, para ilmuan menyempurnakan kembali penemuan Hubble tersebut, hingga akhirnya tercipta teleskop yang diberi nama teleskop Hubble. Nah untuk mengetahui lebih jelas mengenai teleskop Hubble secara lebih terperinci, ruangangkasa.com akan menjelaskan mengenai teleskop Hubble dibawah ini:
Sejarah Penemuan Teleskop Hubble

Seperti yang kita ketahui, untuk meneliti lebih jelas mengenai benda – benda langit kita memerlukan sebuah alat bantu yang bernama teleskop bintang. NASA sebagai badan yang bertugas meneliti keberadaan serta informasi mengenai benda langit, mengembangkan sebuah teleskop raksasa yang bernama teleskop Hubble. Pemberian nama untuk teleskop tersebut sebagai tanda penghargaan terhadap Edwin Powell Hubble yang telah menemukan teleskop sebelumnya. Hingga saat ini, teleskop Hubbel menjadi salah satu teleskop andalan bagi NASA yang telah dikirim ke luar angkasa menggunakan pesawat luar angkasa yang bernama Atlantis. Teleskop Hubble dikirim ke luar angkasa untuk diorbitkan pada tanggal 24 April 1990.
Pembuatan teleskop ini sudah dimulai sejak tahun 1923, akan tetapi baru bisa terlaksana setelah mendapat bantuan dana pada tahun 1970. Rencana awal teleskop Hubble akan diluncurkan pada tahun 1983, akan tetapi terjadi insiden pesawat ulang alik Challanger sehingga peluncurannya diundur sampai tahun 1990. Hingga akhirnya teleskop Hubble dapat mengorbit tepat berada di atas atmosfer bumi agar terhindar dari distorsi yang dapat mengganggu pengamatan.
Teleskop Hubble memiliki panjang 13 meter dengan diameter 4,27 meter. Berat dari teleskop ini mencapai 11 ton atau setara dengan ukuran bis sekolah. Teleskop Hubble dilengkapi oleh lensa dan cermin yang masing – masing mempunyai diameter 2,8 meter dengan berat 826 kg. Untuk cerminnya terbuat dari kaca silika yang telah dilapisi oleh alumunium murni yang berfungsi untuk merefleksikan cahaya. Tidak hanya itu saja, cermin tersebut juga dilapisi oleh magnesium florida untuk mencegah terjadinya oksidasi dan melindungi lensa dari sinar ultra violet yang merusak.
Cara Kerja Teleskop Hubble
Dari penjelasan di atas telah diketahui jika teleskop Hubble berada di atas atmosfer bumi. Pertanyaan lain muncul yaitu, bagaimana cara kerja dari teleskop Hubble tersebut? Tentu saja pengoprasian dari teleskop ini tetap berasal dari bumi. Teleskop ini mengambil gambar atau citra dari objek atau benda langit dengan menggunakan kamera yang terdapat di teleskop. Selanjutnya hasil dari tangkapan kamera tersebut diubah ke dalam bentuk digital untuk kemudian dikirim ke stasiun penerima yang berada di Bumi dengan kecepatan mencapai 1 juta bit per detik. Data yang sudah diterima selanjutnya dikonversikan untuk dirubah menjadi bentuk gambar dan spektograf.
Sejak pertama kali diluncurkan, teleskop Hubble telah dikendalikan oleh Goddard Space Flight Center atau GSFC yang merupakan sebuah laboratorium penelitian utama yang dimiliki NASA. GSFC sendiri didirikan pada tanggal 1 Mei 1959 dan juga sebagai pusat penerbangan luar angkasa pertama milik NASA. GSFC tidak hanya menjalankan misi dan mengolah data yang berasal dari teleskop Hubble, tetapi juga Sistem Obeservasi bumi (EOS), program Explorer, Obsevatorium Matahari dan Heliosfer (SOHO) dan lain sebagainya.
Penemuan Dari Teleskop Hubble

Sudah banyak hal yang dihasilkan dan berhasil ditemukan oleh teleskop Hubble ini. Antara lain, gambar – gambar berupa supernova, bintang – bintang, galaksi salah satunya galaksi M 101 serta nebula, kelahiran bintang, planet kecil bernama Xena dengan satelitnya Gabrielle, aurora di planet Saturnus, bintang berwarna biru yang berjarak 9 milyar tahun cahaya dari sistem tata surya yang bernama MACS J1149+2223 Lensed Star 1 (LSI) atau dijuluki Icarus, Galaksi Kuno yang bernama NGC 1277, dan pada tahun 2019 ini yaitu bahwa data yang berasal dari teleskop Hubble menunjukan bahwa ukuran alam semesta berkembang 9% lebih cepat daripada prediksi sebelumnya. Di tahun yang sama bersama dengan satelit Gaia, teleskop Hubble menghitung massa dari Galaksi Bima Sakti yaitu sekitar 1,5 triliun massa matahari.
Fakta – Fakta Teleskop Hubble
Beberapa tahun ini teleskop Hubble telah berhasil menemukan berbagai macam benda langit hingga fenomena luar angkasa lainnya. Dan baru – baru ini dikutip dari New Atlas pada tanggal 26 Maret 2019, teleskop Hubble pertama kalinya menangkap badai besar yang terjadi di planet Neptunus. Diperkirakan luas area badai tersebut yaitu 11.000 km x 5.000 km. Badai yang melintasi langit Neptunus tersebut memiliki kecepatan mencapai 972 km per jam. Para ahli menyimpulkan jika awan yang mirip badai tersebut terbuat dari kristal es metana dan menurut perhitungan badai akan muncul kembali di planet Neptunus setiap 4 – 6 tahun lagi.
Fakta lain mengenai teleskop Hubble yaitu setelah beberapa tahun peluncuran, teleskop Hubble mengirim gambar namun hasilnya buram dan tidak jelas. NASA menemukan bahwa lensa yang terdapat pada teleskop Hubble telah bergeser sebanyak 1/50 ketebalan rambut manusia. Hingga akhirnya dikirimlah pesawat Endeavor untuk memperbaiki serta menambah kamera baru. Hubble adalah satu-satunya teleskop yang dirancang untuk dirawat di ruang angkasa oleh para astronot. Lima misi pesawat ulang alik telah memperbaiki, meningkatkan, dan mengganti sistem pada teleskop, termasuk semua lima instrumen utama. Misi kelima dibatalkan dengan alasan keamanan setelah musibah Columbia (2003), tetapi administrator NASA Michael D. Griffin menyetujui misi servis kelima yang selesai pada tahun 2009. Teleskop Hubble beroperasi pada tahun 2020 dan dapat bertahan hingga 2030-2040. Penggantinya adalah teleskop luar angkasa James Webb (JWST) yang dijadwalkan akan diluncurkan pada Maret 2021.
*Diolah dari berbagai sumber
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.