RUANGANGAKSA.COM – Fenomena langit tak ada habisnya, di bulan Oktober lalu terjadi berbagai fenomena hujan meteor yang mewarnai langit malam bumi. Begitu halnya di bulan November ini, akan ada banyak fenomena astronomi yang dapat kita amati, salah satunya adalah munculnya Asteroid. Berikut penjelasan selengkapnya:
1. 5 November: Okultasi Mebsuta oleh Bulan

Mebsuta atau Epsilon Geminorium adalah salah satu bintang bermagnitudo 3 yang terletak di konstelasi Gemini. Mebsuta akan mengalami okultasi oleh Bulan sejak pukul 22.35.09 WIB hingga 23.44.02 WIB dengan durasi 69 menit di arah Timur-Timur Laut mulai dari ketinggian 10 hingga 26 derajat di atas ufuk. Dapat diamati dengan mata telanjang selama cuaca cerah, bebas polusi cahaya dan penghalang yang menghalangi medan pandang.
2. 6 November: Deklinasi Maksimum Utara Bulan

Bulan akan berada pada deklinasi maksimum Utara pada pukul 02.29.53 WIB dengan jarak geosentris 394.568 km, iluminasi 76,99% dan lebar sudut 23,3 menit busur. Deklinasi maksimum Utara bermakna Bulan terletak pada posisi paling utara dari ekuator langit (sebagaimana solstis Juni pada Matahari). Deklinasi Bulan ketika mencapai maksimum bervariasi antara 18,3° hingga 28,6°. Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang memiliki kemiringan 5,15° terhadap ekliptika dan sumbu rotasi Bumi yang memiliki kemiringan 23,45°
Deklinasi Maksimum Utara Bulan kali ini adalah 24,8° dengan ketinggian Bulan di Indonesia ketika kulminasi bervariasi antara 54,2° (Pulau Rote) hingga 71,2° (Pulau Weh). Ketika kulminasi , Bulan terletak di arah Utara pada pukul 03.40 WIB. Bulan terletak di konstelasi Gemini dan berada di atas ufuk sejak pukul 22.00 WIB malam sebelumnya hingga pukul 9.30 WIB dari arah Timur-Timur Laut hingga Barat-Barat Laut.
3. 6-11 November: Tripel Konjungsi Merkurius-Venus-Spica

Spica, bintang paling terang di konstelasi Virgo akan mengalami tripel konjungsi dengan Venus dan Merkurius mulai 6 hingga 11 November mendatang. Dapat diamati sejak pukul 04.45 WIB dari arah Timur-Menenggara. Pastikan cuaca cerah, bebas dari polusi cahaya dan penghalang yang menghalangi medan pandang.
4. 7 November: Ateroid 2020 TY1
Menurut astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo bahwa asteroid 2020 TY1 ini adalah asteroid yang dekat-bumi kelas Apollo, sehingga memiliki orbit yang bisa bersinggungan dengan orbit Bumi. Pada Rabu (7/11/2020), asteroid yang berdiameter 105 meter ini akan lewat di dekat Bumi dalam jarak 14,7 kali lipat jarak rata-rata Bumi-Bulan.
5. 9 November: Fase Perbani Akhir

Puncak fase perbani akhir akan terjadi pada 8 November 2020 pukul 20.46.02 WIB. Bulan berjarak 381.175 km dari Bumi (geosentris) dan terletak pada konstelasi Cancer. Bulan akan terbit setelah tengah malam tanggal 9 November dari arah Timur-Timur Laut, kemudian berkulminasi di arah Utara ketika terbit Matahari dan terbenam dari arah Barat-Barat Laut setelah tengah hari.
6. 10 November: Elongasi Barat Maksimum Merkurius

Dalam terminologi astronomi elongasi barat maksimum Merkurius ini adalah saat Merkurius di titik tertinggi di langit timur. Tepatnya pada 10 November mendatang, elongasi barat maksimum ini terjadi dengan kondisi jarak sudut terbesar yang bisa diraih planet Merkurius dalam perjalanannya mengelilingi Matahari dilihat dari Bumi.
Puncak elongasi barat maksimum Merkurius terjadi pada 10 November 2020 pukul 23.42 WIB. Akan tetapi, elongasi barat maksimum Merkurius baru dapat disaksikan keesokan paginya sejak Merkurius terbit pada pukul 04.15 WIB dekat konstelasi Virgo di arah Selatan-Menenggara dan akan berada pada ketinggian 15,7 derajat ketika Matahari terbit pada pukul 05.20 WIB. Sudut elongasi Merkurius-Matahari sebesar 19,1 derajat dengan magnitudo visual -0,6 membuat Merkurius tampak paling terang dibandingkan hari-hari lainnya.
7. 11-12 November: Puncak Hujan Meteor Taurid Utara

Hujan Meteor Taurid Utara adalah hujan meteor yang titik radian (titik asal munculnya meteor)-nya berada di konstelasi Taurus bagian utara dekat gugus Pleiades. Hujan meteor ini aktif sejak 20 Oktober hingga 10 Desember dan puncaknya pada 12 November sekitar tengah malam ketika berada di titik tertinggi (kulminasi).
Hujan Meteor Taurid Utara berasal dari sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit Matahari dengan periode 3,3 tahun sebagaimana komet Encke yang merupakan objek induk hujan meteor Taurid Selatan. Pemisahan hujan meteor Taurid menjadi Taurid Utara dan Selatan disebabkan oleh perturbasi atau perubahan interaksi gravitasi khususnya pada planet Jupiter.
Hujan Meteor Taurid Utara dapat disaksikan sejak pukul 18.30 WIB pada malam sebelumnya (11 November) hingga pukul 04.30 WIB keesokan paginya (12 November) dengan intensitas berkisar 4 meteor per jam untuk wilayah Indonesia dan ketinggian titik radian ketika kulminasi bervariasi mulai 57 derajat (Pulau Rote) hingga 73 derajat (Pulau Weh).
8. 12-14 November: Kuartet Bulan-Venus-Spica-Merkurius

Setelah Venus, Spica dan Merkurius mengalami tripel konjungsi selama enam hari berturut-turut, ketiga benda langit ini akan mengalami kuartet dengan Bulan berfase sabit akhir selama tiga hari sejak tanggal 12 hingga 14 November dan dapat diamati sejak pukul 04.45 WIB dari arah Timur. Hari pertama (12 November), Bulan terlihat cukup tinggi dibandingkan Venus, Spica dan Merkurius. Keesokan harinya (13 November), Bulan berkonjungsi dengan Venus dan keesokan harinya (14 November), Bulan berkonjungsi dengan Merkurius. Pastikan cuaca cerah, bebas dari polusi cahaya dan penghalang yang menghalangi medan pandang.
9. 14 November: Perige Bulan

Bulan akan berada pada titik terdekat Bumi (perige) pada pukul 18.37.03 WIB dengan jarak 357.833 km, iluminasi 0,89% (fase sabit akhir) dan lebar sudut 0,30 menit busur. Bulan terletak di konstelasi Libra ketika perige, akan tetapi tidak dapat disaksikan karena Bulan sudah terbenam lebih dahulu dibandingkan Matahari dan cahaya Bulan sangat tipis.
10. 15 November: Fase Bulan Baru

Bulan memasuki fase konjungsi atau Bulan Baru pada 15 November 2020 pukul 12.07.08 WIB dengan jarak geosentris 358.348 km dan diameter sudut 33,35 menit busur. Bulan terletak di konstelasi Libra.
Ketinggian Bulan di Indonesia pada petang hari 15 November bervariasi antara +0,76° (Merauke) hingga +2,49° (Sabang), sedangkan sudut elongasi Bulan-Matahari bervariasi antara 2,34° (Sabang) hingga 3,17° (Merauke), sehingga Bulan mustahil dapat terlihat bahkan dengan alat optik sekalipun.
Ketika senja, kalian dapat menyaksikan Mars di ufuk Timur dengan ketinggian 45 derajat, sementara Saturnus dan Jupiter berada di ufuk Barat dengan ketinggian berturut-turut 56 dan 52 derajat. Keduanya terbenam pada pukul 22.00 WIB. Sementara itu, Venus dan Merkurius terbit keesokan harinya berturut-turut pada 03.30 WIB dan 04.30 WIB serta dapat terlihat hingga terbit Matahari.
11. 15-20 November: Tripel Konjungsi Merkurius-Venus-Spica

Setelah mengalami kuartet dengan Bulan selama tiga hari berturut-turut, Spica, bintang paling terang di konstelasi Virgo akan kembali mengalami tripel konjungsi dengan Venus dan Merkurius mulai 15 hingga 20 November mendatang. Dapat diamati sejak pukul 04.45 WIB dari arah Timur-Menenggara. Hari ketiga (17 November) merupakan puncak konjungsi Venus-Spica dengan sudut pisah 3,8 derajat sebelum akhirnya Spica menjauh dari Venus dan semakin menjauh dari Merkurius. Pastikan cuaca cerah, bebas dari polusi cahaya dan penghalang yang menghalangi medan pandang.
12. 18 November: Puncak Hujan Meteor Leonid

Hujan Meteor Leonid adalah hujan meteor yang titik radian (titik asal munculnya meteor)-nya berada di Leo. Hujan meteor ini aktif sejak 6 November hingga 30 November dan puncaknya pada 18 November sekitar terbit Matsahari ketika berada di titik tertinggi (kulminasi).
Hujan Meteor Taurid Leonid berasal dari sisa debu komet 55P/Temple-Tuttle yang mengorbit Matahari dengan periode 33,3 tahun dan merupakan salah satu di antara beberapa hujan meteor lain yang dinantikan setiap tahun, selain Geminid, Lyrid, Perseid dan Orionid.
Hujan Meteor Leonid dapat disaksikan sejak pukul 00.30 WIB hingga terbit Matahari pukul 5.25 WIB dengan intensitas berkisar 11 meteor per jam (Pulau Rote) hingga 14 meteor per jam (Pulau Weh) untuk wilayah Indonesia dan ketinggian titik radian ketika kulminasi bervariasi mulai 52 derajat (Pulau Rote) hingga 69 derajat (Pulau Weh).
13. 19 November: Tripel Konjungsi Bulan-Jupiter-Saturnus

Bulan akan mengalami tripel konjungsi dengan Jupiter dan Saturnus pada tanggal 19 November 2020 di dekat konstelasi Sagitarius arah Barat-Barat Daya. Fenomena ini dapat disaksikan sejak pukul 17.50 WIB hingga terbenam Bulan pada pukul 21.40 WIB. Puncak tripel konjungsi terjadi pada pukul 18.40.43 WIB dengan konfigurasi Bulan, Jupiter dan Saturnus membentuk sebuah segitiga sembarang.
14. 25-26 November: Kunjungsi Bulan-Mars

Bulan dan Mars dapat diamati sejak tanggal 25 Oktober 2020 pukul 18.00 WIB dari arah Timur-Timur Laut dengan sudut pisah 7,4 derajat dan ketinggian 50 derajat di atas ufuk, kemudian berkulminasi di arah Utara pada pukul 20.20 WIB dengan sudut pisah 6,75 derajat dan ketinggian 70 derajat di atas ufuk, hingga terbenam pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 02.20 WIB dari arah Barat dengan sudut pisah 5 derajat. Bulan terletak di konstelasi Cetus, sementara Mars terletak di konstelasi Pisces.
15. 29 November: Asteroid 153201 (2000 W017)
Asteroid ketiga yang lewat dekat Bumi pada bulan November 2020 kali ini adalah Asteroid 153201 (2000 WO17). Asteroid 153201 (2000 WO17) adalah asteroid dekat-bumi kelas Aten, sehingga memiliki orbit yang bisa bersinggungan dengan orbit Bumi. Pada Minggu (29/11/2020), asteroid ini akan lewat di dekat Bumi dalam jarak 11,2 kali lipat jarak rata-rata Bumi-Bulan.
16. 30 November: Gerhana Bulan Penumbra (GBP) Parsial

Bulan November 2020 ditutup dengan Gerhana Bulan Penumbral Parsial yang dimulai sejak pukul 14.29.56 WIB hingga pukul 18.55.48 WIB selama 4 jam 25 menit 52 detik. Puncak gerhana terjadi pada pukul 16.42.49 WIB. Gerhana Bulan kali ini termasuk dalam Seri Saros 116 Gerhana Ke-58 (dari 73 gerhana). Magnitudo penumbra bernilai negatif yang menandakan bahwa hanya sebagian permukaan Bulan yang masuk ke dalam bayangan penumbra oleh karena itu gerhana Bulan kali ini disebut sebagai gerhana Bulan penumbral parsial.
Wilayah di Indonesia seperti Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua ditambah dengan Timor Leste dapat menyaksikan seluruh fase gerhana mulai dari kontak awal, puncak gerhana hingga kontak akhir. Sementara wilayah Indonesia sisanya hanya dapat menyaksikan Bulan yang sudah tidak tertutup bayangan penumbra secara maksimal karena puncak gerhana terjadi sebelum Bulan terbit. Secara umum, gerhana Bulan penumbral parsial dapat diamati dari arah Timur-Timur Laut.
Gerhana Bulan Penumbra secara kasat mata memang tampak nyaris sama sebagaimana purnama pada biasanya. Akan tetapi, bagi yang terlatih mengamati gerhana Bulan, permukaan Bulan akan tampak sedikit lebih redup ketika sebagian besar permukaan Bulan memasuki bayangan penumbra. Keredupan ini akan tampak jelas perbedaannya ketika dipotret menggunakan kamera dan dibantu dengan teleskop. Pastikan cuaca cerah, bebas dari polusi cahaya dan penghalang yang menghalangi medan pandang.
Begitulah tadi beberapa penjelasan tentang fenomena langit yang akan terjadi pada bulan November ini, jangan lupa dicatat dan persiapkan diri untuk melakukan pengamatan.
Daftar Newsletter Kami
Dapatkan update artikel terbaru langsung di email Anda.