back to top

Mendeteksi Kehidupan Luar Angkasa dengan AI

Ruangangkasa.com –  Kemajuan teknologi menghadirkan banyak peruaahan dalam upaya ilmuwan menjawab misteri di luar angkasa. Di masa depan, akan ada robot penjelajah dan pesawat ruang angkasa dengan  ditambahkan sebuah sensor yang dapat mendeteksi planet yang berpotensi layak huni. Sensor ini akan membantu pesawat ruang angkasa dalam menjelajahi planet lain dengan mendeteksi kehidupan yang ada di planet tersebut. Bukan hanya untuk itu, alat ini juga digunakan untuk memperlihatkan molekul organik yang menunjukan proses biologis yang terjadi.

Metode ini dikembangkan menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang mampu mendeteksi perbedaan halus dalam pola molekuler dan indikasi kehidupan.  Bahkan, lebih jauh lagi dapat mengetahui sampel yang berusia ratusan juta tahun lalu dengan hasil tingkat akurasi 90 persen, menurut para peneliti.

“Kami akan meneliti aktivitas kimia kehidupan secara mendasar. Sebab dengan ini aturan kimia dalam kehidupan dapat mempengaruhi keanekaragaman distribusi biomolekul,”
Robert Hazen, Ilmuwan dari Institution for Science Washington DC.

Mengukur Perbedaan Unsur Kimia dengan AI

Mengukur Perbedaan Unsur Kimia dengan AI
Photo by PublicDomainPictures on Pixabay

Dalam salah satu studi juga dikatakan bahwa dengan melihat aktivitas kimia dapat mengetahui dan menyimpulkan asal usul kehidupan dari dunia lain. Metode ini juga menggunakan premis yaitu proses kimia yang mengatur pembentukan dengan fungsi biomolekul berbeda secara proses kimia.

Baca juga: Meledaknya Bintang dan Terjadinya Supernova

Menurut Space.com, Kamis, (28/9), penelitian terbaru menyebutkan bahwa molekul abiotik seperti asam amino menyimpan informasi penting untuk mengetahui tentang kehidupan di luar Bumi. Terlebih, di setiap tempat yang berbeda akan memiliki sejumlah senyawa tertentu. Hal ini yang akan mampu dilihat dan diukur oleh AI.

Masih Tahap Uji Coba

Masih Tahap Uji Coba
Photo by Chokniti Khongchum on Pexels

Tim peneliti pertama kali mencoba algoritma pembelajaran mesin dengan 134 sampel, yang terdiri dari 59 sampel biotik dan 75 sampel abiotik. Selanjutnya, jika hal ini berhasil maka AI dapat mengidentifikasi sampel biotik makhluk hidup seperti cangkang, gigi, tulang, rambut manusia, hingga kehidupan purba dalam fosil tertentu yang terbuat dari batu bara, minyak, dan ambar.

Baca juga: Peristiwa Tumbukan Bintang Neutron Mengawali Era Astronomi Multikurir

Pada studi terbaru yang telah dilakukan, juga mengungkapkan bahwa alat ini diperkirakan dapat mengidentifikasi sampel biotik termasuk bahan kimia seperti asam amino yang dibuat dari laboratorium, serta meteorit. Dalam waktu dekat, metode AI model ini dapat mempelajari batuan berusia 3,5 miliar tahun di wilayah Pilbara, Australia Barat. Tempat ini diperkirakan sebagai tempat yang memiliki fosil tertua di dunia yang pertama kali ditemukan pada tahun 199. Diperkirakan sebagai sisa-sisa fosil mikroba yang mirip dengan cyanobacteria, yang merupakan organisme hidup pertama serta penghasil oksigen di Bumi.

Dengan hadirnya alat yang menggunakan metode AI ini, tentu akan sangat membantu para ilmuwan dalam melakukan berbagai penelitian tentang misteri benda benda langit yang ada. Kedepannya tentu akan lebih banyak lagi pengembangan yang dilakukan guna menjawab berbagai hal di luar angkasa yang belum diketahui.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here