RUANGANGKASA.COM – Planet Bumi diketahui saat ini telah berusia sekitar 4,54 miliar tahun berdasarkan hasil penelitian ilmiah para ilmuwan yang telah dilakukan. Bagaimana para ilmuwan bisa tahu tentang usia planet Bumi ? Metode apa yang digunakan untuk menghitung usia planet Bumi? Rupanya, para ilmuwan mempelajari sampel batuan paling kuno, yang mana tidak hanya batuan dari Bumi tetapi juga dari Bulan, serta beberapa meteorit yang terbentuk di awal tata surya. Semua data itu, jika digabungkan, merupakan hasil para ilmuwan dalam menentukan usia planet yang menjadi rumah kita ini.
Daftar Isi Konten
Terima kasih telah membaca artikel ini, jangan lupa untuk berlangganan artikel!
Planet Bumi kita ini seolah menyembunyikan usianya untuk bisa kita ketahui dengan sangat baik. Saat ini, sebagian besar kerak Bumi diketahui berusia lebih muda karena selalu berubah-ubah sepanjang sejarah Bumi akibat aktivitas lempeng tektonik dan erosi. Di zona subduksi di sepanjang tepi benua, kerak samudera telah tertarik ke dalam mantel Bumi dan kemudian meleleh. Sementara itu, kerak yang lebih baru dapat terbentuk di pegunungan tengah laut dan titik panas. Belum lagi, lempeng tektonik saling mendorong, menciptakan gunung. Ada pula aliran sungai yang membawa batuan lapuk ke dataran rendah dan lautan. Mencari batuan paling tua di muka Bumi adalah hal yang cukup sulit.
Melakukan Penelitian Terhadap Batuan Bulan
Untuk batuan murni yang tidak berubah sejak awal Bumi terbentuk bisa jadi tidak akan mungkin ditemukan, tetapi masih ada beberapa mineral purba yang sangat langka untuk ditemukan. Kristal zirkon dari Jack Hills di Australia Barat, misalnya, diketahui berusia 4,4 miliar tahun, yang mana saat ini ia memegang rekor mineral tertua di Bumi.
Batu Bulan yang berhasil dibawa dalam Misi Apollo 14. Kredit Gambar NASA
Ada sebuah batu dari Bulan, yang telah dibawa ke Bumi oleh para astronot dalam misi Apollo 14, teridentifikasi memiliki pecahan batuan dari planet kita yang tertanam di dalamnya. Menurut para ilmuwan, hal itu bisa terjadi akibat adanya asteroid atau komet yang menabrak Bumi pada masa lalu, sehingga melemparkan potongan-potongan kerak Bumi ke luar angkasa, dan pada akhirnya ada yang mendarat di Bulan. Batuan Bulan itu diperkirakan berusia sekitar 4 miliar tahun.
Permukaan Bulan, terlepas dari sejarah aktivitas vulkanik dan pemboman meteorit yang pernah terjadi di sana, memiliki peluang lebih baik untuk melestarikan kerak yang terbentuk sejak awal pembentukan Bulan secara keseluruhan. Sebuah studi yang diterbitkan pada 2019, tentang batuan yang dibawa kembali oleh misi Apollo, menunjukkan bahwa Bulan terbentuk sekitar 4,51 miliar tahun yang lalu, atau sekitar 50 juta tahun setelah pembentukan tata surya (4,56 miliar tahun yang lalu).
Melakukan Penelitian Terhadap Meteorit
Para ilmuwan juga melihat sisa-sisa dari masa-masa awal tata surya: meteorit yang kaya akan kandungan unsur kalsium-aluminium yang merupakan salah satu benda padat pertama yang menyatu saat planet mulai terbentuk di sekitar Matahari muda. Mereka diketahui telah berusia sekitar 4,567 miliar tahun.
Batu Meteorit. Kredit gambar NASA
Bagaimana Ilmuwan Bisa Tahu Usia Batuan ?
Anda mungkin bertanya-tanya, bagaimana para ilmuwan bisa mengetahui usia bebatuan?
Para ilmuwan mengetahui usia batuan menggunakan teknik yang disebut penanggalan radiometrik. Beberapa elemen dalam batuan bersifat radioaktif, dan para ilmuwan menggunakan sifat itu sebagai jam yang dapat menentukan usianya. Dalam teknik penanggalan radiometrik ini, diketahui bahwa 50% atom radioaktif akan meluruh dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam jangka waktu tertentu. Interval waktu peluruhannya disebut sebagai waktu paruh.
Sebagai contoh, misalnnya U-235 adalah isotop radioaktif uranium. Melalui serangkaian peluruhan, ia terurai menjadi timbal yang stabil yang dikenal sebagai Pb-207. Dalam istilah kimia, U-235 disebut isotop induk dan Pb-207 adalah isotop anak.
Untuk menentukan penanggalan batuan, para ilmuwan mengukur jumlah relatif isotop induk dan anak dalam sampel batuan yang diteliti. Para ilmuwan sudah mengetahui bahwa waktu paruh U-235 – jumlah waktu yang dibutuhkan 50% U-235 untuk berubah menjadi Pb-207 – adalah 704 juta tahun. Oleh karena itu, jika sampel batuan masing-masing memiliki 50% U-235 dan Pb-207, maka batuan tersebut berumur 704 juta tahun. Namun, jika sampel memiliki 25% U-235 dan 75% Pb-207, sampel tersebut berumur 1.408 juta tahun.
Selain itu, ada pula isotop uranium induk lainnya, U-238, yang meluruh menjadi isotop timbal yang dikenal sebagai Pb-206, dengan waktu paruh 4,47 miliar tahun. Para ilmuwan menggunakan kedua isotop uranium dalam analisis sampel mereka untuk kroscek. Analisis perbandingan U-235 terhadap Pb-207 dan U-238 terhadap Pb-206 pada suatu sampel akan memberikan hasil yang sama untuk usianya.
Sebelumnya di awal telah disinggung mengenai mineral yang disebut zirkon. Ketika diteliti dengan penanggalan radioaktif, zikron mengandung U-235 dan U-238. Namun, saat ini belum ditemukan timbal peluruhannya dalam kristal tersebut. Oleh karena itu, zikron adalah mineral yang ideal untuk digunakan dalam penanggalan batuan.
Jadi itulah tadi cara ilmuwan dalam menentukan usia planet Bumi kita ini. Kedepannya mungkin juga akan ditemukan jenis bantuan tua lainnya yang juga dapat menjadi acuan untuk mengetahui usia planet Bumi.