RUANGANGKASA.COM – Bintang terbesar di alam semesta yang telah ditemukan pada atronom sebelumnya dipegang oleh UY Scuti. Namun, status bintang terbesar itu kini tampaknya harus berpindah ke bintang lainnya yakni Stephenson 2-18. Stephenson 2-18, juga dikenal sebagai Stephenson 2-DFK1, RSGC2-18 atau RSGC2 St2-18, adalah sebuah bintang super raksasa merah (SRM) yang berada dalam gugus bintang terbuka Stephenson 2, terletak pada jarak sekitar 6.000 parsec (19.800 tahun cahaya) jauhnya dari Bumi di rasi bintang Scutum.
Terima kasih telah membaca artikel ini, jangan lupa untuk berlangganan artikel!
Stephenson 2-18 saat ini diketahui merupakan bintang terbesar yang pernah ditemukan dan salah satu bintang super raksasa bersuhu rendah yang paling terang dengan 440.000 satuan luminositas matahari. Radius bintang ini diperkirakan sekitar 2.150 kali radius Matahari dan volume yang muat untuk mengisi 10 miliar Matahari di dalamnya. Sebagai perbandingan, radius UY Scuti adalah sekitar 1.700 kali radius Matahari.
Letak bintang ini di gugus terbuka Stephenson 2, yang ditemukan oleh astronom Amerika Serikat bernama Stephenson pada tahun 1990 dalam data yang diperoleh dari survei langit melalui gelombang inframerah yang mendalam. Total ada 25 bintang raksasa merah dalam gugus bintang ini yang telah berhasil diamati. Bintang paling terang dalam pandangan dari Bumi di gugus bintang tersebut diberi nomor 1. Dengan kata lain, Stephenson 2-18 adalah bintang paling terang ke-18 dalam pandangan dari Bumi pada gugus bintang ini.
Bintang Stephenson 2-18 bisa diamati pada bagian tengah gambar di bawah ini, yang dipotret melalui Two Micron All-Sky Survey (2MASS), sebuah proyek untuk mengamati seluruh bagian langit dalam tiga gelombang inframerah antara tahun 1997 dan 2001.

Lantas, seberapa besar perbandingan diameter bintang ini dengan UY Scuti maupun Matahari? Berikut ilustrasinya:
Para astronom menunjukkan bahwa raksasa merah Stephenson 2-18 ini memiliki suhu rata-rata 2.926 ˚C atau 3.200 ºK dan memiliki tipe spektral akhir M6 yang tidak biasa untuk bintang raksasa. Jika bintang ini ditempatkan di pusat tata surya kita, lapisan terluar atau fotosfernya akan menelan orbit Saturnus, bahkan hingga Uranus.
Berdasarkan model dan teori bintang saat ini tentang evolusi bintang, St 2-18 berpotensi untuk berkembang menjadi raksasa kuning, dan kemudian ke variabel biru bercahaya atau Bintang Serigala–Rayet, pada tahap mana lapisan luarnya akan terlepas oleh angin bintang yang kuat. Akhirnya, St 2-18 akan mulai memadukan besi, saat akan menjalani tipe IIb, IIn, atau tipe Ib/Ic supernova, dan dilihat dari parameter fisiknya yang ekstrim, dapat menjadi sebuah lubang hitam, bukan bintang neutron.
Jarak bintang Stephenson 2-18 yang sangat jauh dari Bumi kita, membuat bintang ini tidak teramati dengan baik, karena terlalu redup walaupun ukurannya begitu besar. Meski begitu, keberadaan bintang Stephenson 2-18 ini memberi kita gambaran tentang betapa kecilnya Matahari di sistem tata surya kita, dan juga menunjukan betapa masih banyak bintang-bintang di luar sana yang belum ditemukan akan jauh lebih besar lagi.