back to top

Apakah Satelit Bisa Jatuh ke Bumi? Berikut Penjelasan Secara Lengkapnya

Ruangangkasa.com –  Satelit merupakan benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit yakni satelit alami dan satelit buatan. Satelit buatan manusia berada di lintasan orbit Bumi. Bahkan, tidak sedikit yang sudah berada di sana dalam waktu yang sangat lama. Dikutip dari laman National Environmental Satellite, Data, and Information Service, satelit bisa mengorbit mengelilingi sebuah planet karena mereka terkunci dalam kecepatan yang cukup cepat sehingga bisa mengalahkan tarikan gravitasi ke bawah.

Apakah Satelit bisa jatuh ke Bumi?

view of Earth and satellite
Photo by NASA on Unsplash

Bumi memiliki gravitasi yang kuat, di mana apapun benda yang naik, dapat turun atau jatuh karena hukum gravitasi tersebut. Akan tetapi hal ini tidak selalu terjadi di luar angkasa. Satelit yang mengorbit Bumi maupun planet lainnya, hingga berkerumun tidak bisa jatuh begitu saja. Hal ini disebabkan satelit terkunci oleh kecepatan, sehingga tarikan gravitasi ke bawah tak mampu menyainginya.

Meski demikian, tidak sedikit dari satelit-satelit yang sudah bertahun-tahun mengorbit tersebut jatuh kembali ke Bumi, yang sebagian besar disebabkan karena faktor usia atau keusangan benda tersebut.

Dalam mengirim sebuah satelit ke luar angkasa, digunakan sebuah roket dengan kecepatan hingga 18.000 mil per jam, dan harus terbang 100 hingga 200 km di atas Bumi untuk keluar dari atmosfer. Setelah roket mencapai lokasi yang ditentukan, roket akan melepaskan satelit. Jumlah energi yang digunakan untuk meluncurkan satelit keluar dari atmosfer mampu menjaga satelit tetap pada orbitnya selama ratusan tahun.

Baca juga: 6 Wahana Luar Angkasa yang Memecahkan Rekor dalam Antariksa

Pada ketinggian 2.000 – 36.000 km di atas bumi, atmosfer cukup tipis untuk mencegah satelit terbakar, seperti jika jatuh lebih rendah dan bertemu udara yang lebih tebal, yang menyebabkan angin sakal lebih besar dan gesekan yang lebih besar. Sebagian besar satelit dijatuhkan dalam jarak hingga 2.000 km di atas Bumi.

Wahana antariksa yang mengorbit dekat dengan bumi pada ketinggian sekitar 400 kilometer diperlukan kecepatan kurang dari 8 kilometer per detik. Dengan kecepatan ini, seseorang dapat menyelesaikan lari maraton penuh dalam waktu sekitar 5 detik. Satelit juga membawa pasokan bahan bakarnya sendiri, bahan bakar tidak diperlukan untuk mempertahankan kecepatan orbit. Bahan bakar ini disediakan untuk mengubah orbit atau menghindari tabrakan dengan puing-puing.

Penyebab lain satelit tidak jatuh adalah kecepatan dan ketinggian orbit, serta tidak ada rintangan atau benda yang menghambat satelit, seperti dijelaskan oleh The University of Tokyo.

Apakah Satelit bisa Bertabrakan?

satellite flying on space
Photo by NASA on Unsplash

Satelit bisa bertabrakan satu sama lain. NOAA, NASA, dan organisasi internasional lainnya terus melakukan pelacakan satelit luar angkasa. Tabrakan jarang terjadi karena ketika satelit diluncurkan, satelit ditempatkan pada orbit yang dirancang untuk menghindari satelit lain. Orbit satelit dapat berubah seiring berjalannya waktu. Sehingga ada kemungkinan tabrakan meningkat seiring dengan semakin banyaknya satelit yang diluncurkan ke luar angkasa.

Baca juga: Jumlah Sampah Di Ruang Angkasa

Satelit pertama diluncurkan oleh bekas Uni Soviet pada akhir tahun 1957, Sputnik1 menjadi ikon modernitas dan mendorong AS untuk lebih mempercepat rencana eksplorasi ruang angkasa sendiri. Hanya beberapa bulan setelah Sputnik, Amerika meluncurkan Explorer1 dalam beberapa dekade terakhir. Saat ini ada sekitar 2.000 satelit aktif yang mengorbit Bumi, dan juga ada 3.000 satelit mati yang mengotori ruang angkasa tentunya.

Dengan memberikan kecepatan awal yang cukup, satelit dapat mengatasi gaya gravitasi Bumi dan tetap bergerak dalam orbit melingkar. Ini memberikan kita kesempatan untuk menjelajahi luar angkasa dan memahami lebih dalam tentang planet dan bintang di tata surya kita. Satelit bukan hanya sebagai alat komunikasi dan pemetaan, tetapi juga bukti nyata dari keindahan keseimbangan fisika di alam semesta yang luas.