Ruangangkadsa.com – Blue Moon atau bulan biru merupakan peristiwa munculnya bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan yang sama. Hal ini disebabkan karena siklus bulan membutuhkan waktu 29,5 hari untuk menyelesaikan satu siklusnya. Oleh karena itu, secara teknis, ada 12,4 bulan purnama setiap 365 hari. Artinya, setiap 2,8 tahun rata-rata ada 13 fenomena bulan purnama dalam 12 bulan.
Terima kasih telah membaca artikel ini, jangan lupa untuk berlangganan artikel!
Nama Blue Moon sebenarnya tidak ada hubungannya dengan warna. Kadang-kadang, bulan purnama dapat muncul pucat kemerah-merahan. Bulan bisa tampil berwarna biru jika kebakaran hutan atau letusan gedung berapi mengotori bagian atas atmosfer dengan abu atau asap. Letusan gunung berapi memberikan bulan goresan kebiru-biruan dari sudut pandang orang kebanyakan di muka Bumi pada 1991.

Awal mula penggunaan istilah Blue Moon
Ada dua definisi untuk Blue Moon. Istilah Blue Moon mulanya ditetapkan pada bulan purnama ketiga dalam musim bulan keempat, tetapi setelah bercampur di atas majalah “Sky&Telescope’ pada 1943, istilah itu mengambil makna yang berbeda. Penggunaan Blue Moon pertama yang tercatat dalam bahasa Inggris berasal dari tahun 1528. Hal tersebut disampaikan Gordon Johnston dari NASA dalam tulisan panduan bulan purnama untuk bulan Agustus dan September. Spekulasi asal usul istilah tersebut mencakup frasa Bahasa Inggris kuno yang berarti ‘bulan pengkhianat’ atau referensi untuk peristiwa langka
Baca juga: Penjelasan Tentang Terjadinya Fase Bulan
Blue Moon memiliki banyak nama. Blue Moon juga disebut sebagai bulan purnama sturgeon, bulan jagung hijau, bulan gabah, dan bulan purnama merah. Tiap Agustus nama-nama bulan purnama timbul dari berbagai julukan yang diberikan untuk bulan purnama dari bulan tertentu menurut penduduk asli Amerika dan tradisi Eropa.
Blue Moon hanya penuh untuk sementara waktu. Walaupun bulan biasanya terlihat penuh sehari sebelum dan sehari sesudah bulan purnama, ada secara teknis suatu ketika bulan itu tampak penuh di langit.
Fenomena Blue Moon terjadi pada tanggal 30-31 Agustus 2023 ini, berbeda dengan yang terjadi dengan tahun sebelumnya. Sebab, bulan purnama biru kali ini disebut sebagai supermoon. Alasannya, karena tepat di Agustus tahun ini, jarak bulan saaf purnama sangat dekat dengan Matahari. Ini tak terlepas dari orbit Bulan yang berbentuk lonjong atau elips, yang ada saatnya bulan berada pada jarak yang jauh dari orbit Bumi (apogee), ada juga saat bulan berada sangat dekat dengan Bumi (perigee).
Super Blue Moon fenomena langka
Meski pun fenomena supermoon bukan suatu kejadian yang sering terjadi, namun juga bukan suatu fenomena yang langka. Hal ini karena, supermoon bisa terjadi antara 2-5 kali dalam setahun. Faktanya, menurut NASA, hampir 25 persen dari semua bulan purnama adalah supermoon.
Lalu, mengapa fenomena bulan purnama kali ini disebut Super Blue Moon? Fenomena Super Blue Moon adalah gabungan antara Blue Moon (Bulan Biru) dan supermoon, yang ternyata lebih jarang terjadi.
Kendati ada kemungkinan terjadi dua fenomena bulan purnama biru super dalam satu bulan, namun aktu rata-rata di antara keduanya adalah 10 tahun. Selain itu, menurut NASA, keduanya bisa berjarak hingga 2 tahun.
Baca juga: Misi Antariksa Ke Bulan
Fenomena Super Blue Moon berikutnya akan terjadi pada 2037, ketika dua Bulan Biru Super terjadi dalam waktu yang cukup berdekatan, satu Super Blue Moon akan terjadi di bulan Januari dan satu lagi di bulan Maret 2037. Sementara, di tahun 2023, fenomena bulan purnama, Super Blue Moon ini semakin istimewa, karena adanya planet Saturnus yang sedang mengalami oposisi.